Konflik Palestina-Israel Arab Saudi Sebagai Potensi Pemimpin Perdamaian di Timur Tengah

Konflik Palestina-Israel Arab Saudi Sebagai Potensi Pemimpin Perdamaian di Timur Tengah

Detakbanten.com INTERNASIONAL -- Perseteruan berkepanjangan antara kelompok Hamas dan Israel di Jalur Gaza terus memanas, dan tidak menunjukkan tanda-tanda perpisahan. Situasi ini semakin kompleks dengan campur tangan berbagai pihak.

Pada level internasional, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) belum mampu mencapai kesepakatan dalam mengeluarkan resolusi terkait konflik tersebut. Sementara itu, Amerika Serikat (AS) secara tegas mengungkapkan dukungan penuhnya terhadap Israel, sementara Rusia mendukung kemerdekaan Palestina.

Pengamat Timur Tengah, Eva Mushoffa, menyoroti peran potensial Arab Saudi dalam menginisiasi perdamaian. Saudi, yang de facto dipimpin oleh Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), memiliki peluang besar untuk memainkan peran penting dalam menengahi konflik ini. Ini disebabkan oleh hubungan yang semakin kuat antara Saudi dengan AS dan Israel.

Eva mengatakan, "Posisi Saudi saat ini berbeda dari masa lalu, di mana mereka sangat bergantung pada militer AS dan pasar minyak. Dalam konteks ini, Saudi memiliki potensi yang signifikan untuk memulai atau memfasilitasi proses perdamaian. Pertanyaannya adalah apakah MBS bersedia untuk melangkah ke arah itu."

Namun, normalisasi hubungan antara negara-negara Arab dan Israel tidak selalu diterima dengan baik di seluruh kawasan Timur Tengah. Dukungan masyarakat Arab terhadap Hamas dalam konflik ini menjadi indikasi sikap mereka. Selain itu, penduduk merasa kecewa karena Abraham Accords, yang diinisiasi oleh mantan Presiden AS Donald Trump, belum mampu mengakhiri pendudukan Israel atas Palestina sesuai dengan harapan.

Meskipun konflik Gaza semakin rumit, peran potensial Arab Saudi sebagai pemimpin perdamaian di Timur Tengah memunculkan harapan untuk mengakhiri pertumpahan darah dan mewujudkan stabilitas di kawasan tersebut. (Aip)

 

 

Go to top