Bisnis Prostitusi di Kota Religi, Segini Tarif WPS Open BO di Tangsel

 Petugas Pol PP Tangsel jaring salah satu WPS dari kos-kosan yang ada di Tangsel. (Foto Ist) Petugas Pol PP Tangsel jaring salah satu WPS dari kos-kosan yang ada di Tangsel. (Foto Ist)

detakbanten.com, TANGSEL-Geliat transaksi seks melalui aplikasi online di kota religius, tak jarang membuat orang mengelus dada. Pasalnya, transaksi 'esek-esek' tersebut terjadi saat sebagian masyarakat Tangsel tengah kusyuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

Tercatat, sejak masuki awal Ramadhan 2022 ini, belasan Wanita Pekerja Seksual (WPS) kena garuk petugas Satpol PP Tangsel. Mereka yang tergaruk petugas dari sejumlah wilayah di Tangsel.

Kepala Seksi Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Kota Tangsel Muksin Alfachri mengungkapkan, total WPS yang terjaring petugas sepanjang bulan Ramadhan 2022 ini berjumlah 14 orang. Ke 14 WPS tersebut, merupakan eksodus dari luar wilayah Tangsel. Dalam menjajakan diri, para WPS kerap menggunakan aplikasi.

"Ada alat kontrasepsi, terus ada aplikasi untuk BO (booking order-red) nya. Orang luar Tangsel semua," kata Muksin menjawab pertanyaan wartawan usai razia kos-kosan di kawasan Kecamatan Serpong, Selasa malam (26/4/2022).

Muksin jelaskan, dalam melakukan razia WPS tersebut, petugas Pol PP tidak ujug-ujug langsung lakukan penggrebekan ke lokasi kos-kosan yang di sinyalir sebagai tempat buang syahwat. Petugas khusus dari Pol PP terlebih dahulu mengumpulkan bahan keterangan (Pulbaket) dari semua yang ada
di lokasi.

"Kan ngak bisa ada orang lapor, terus kita langsung grebek. Kita lidik, kita Pulbaket. Berhari-hari kita lakukan Pulbaket, ini untuk memastikan apakah tempat itu benar-benar dijadikan tempat prostitusi atau bukan," ungkapnya.

Dari Full Service Hingga Kencan Kilat, Segini Tarif WPS Open BO

Kasi PPNS Kota Tangsel Muksin Alfacri mengungkapkan, tarif WPS open BO dalam sekali melayani pria hidung belang pasang harga beragam. Dari pemeriksaan yang dilakukan petugas kepada WPS yang terjaring itu, tarif antara Rp 300 ribu hingga Rp 800 ribu, ditawarkan ke masing-masing pelanggan.

"Tergantung, kalau yang cantik tarifnya Rp 800 ribu, full service. Kalau yang di tepok ngebul (istilah kurang cantik-red) Rp 300 ribu sekali kencan," seloroh Muksin.

Muksin terangkan, dalam sehari WPS yang terjaring razia itu bisa melayani 4 orang pelanggan. Jika di kalikan dalam sebulan, maka bisa dibayangkan berapa banyak satu WPS tersebut melayani pelanggannya. Muksin pun meragukan apa yang dilakukan WPS itu terkait urusan perut, tapi ia cenderung apa yang dilakukannya itu bagian dari gaya hidup.

"Kalau sekali main 400 ribu, lalu kali 4 pelanggan, ambillah dalam 20 hari, berapa rupiah yang terkumpul. Belum lagi yang tarifnya Rp 800 ribu, bisa kita bayangkan kan. Jadi saya melihat ini bukan urusan perut, tapi gaya hidup," bebernya.

Bahkan, Muksin terangkan bahwa WPS yang pernah terjaring razia beberapa tahun lalu, kini berurusan dengan petugas lantaran kembali menjadi WPS open BO.

"5 tahun lalu dia terjaring petugas, tahu-tahunya ketika kita menggelar razia, dia lagi yang kena, nah yang ini kita serahin langsung ke Dinsos," ujarnya.

Semua Pihak Harus Aktif Awasi Praktik Prostitusi di Tangsel

Meski praktik prostitusi di Tangsel masih kerap terjadi, namun petugas Pol PP akan berupaya persempit ruang gerak mereka yang terlibat langsung pada urusan syahwat tersebut.

Salahsatunya, ditingkat Muspika hingga ketua lingkungan seperti RT, pengawasan terhadap kos-kosan yang ada di lingkungan masing-masing harus dilakukan secara ketat.

"Kalau Pol PP sih inginnya gini, ajak lah RT/RW soal pencegahan terjadinya prostitusi di wilayah masing-masing," kata Kasi PPNS Tangsel, Muksin Alfachri.

Menurutnya, dengan melakukan pendekatan kepada setiap RT/RW tersebut, merupakan bagian dari deteksi dini terjadinya hal-hal yang tidak baik yang bisa saja terjadi di lingkungan.

"Kalau mengandalkan Pol PP, Kita ngak bisa awasi warga secara satu persatu. Solusinya yakni kecamatan, kelurahan hingga RT/RW melakukan deteksi dini," tutur Muksin.

Soal adanya dugaan oknum yang diduga lakukan back up, Muksin tegaskan bahwa saat ini pihaknya masih menelusuri adanya dugaan yang mengarah kepada masalah tersebut.

"Ini kita lagi pelajari. Ya mudah-mudahan jangan ada oknum lah, malu-maluin aja. Ini kan kota kita, kota religius ini," pungkasnya. (Dra)

 

 

Go to top