Azmi Abubakar : Kebhinekaan Harus Jadi Kekuatan, Bukan Kelemahan

detakbanten.com, TANGSEL-Pendiri Museum Pustaka Peranakan Tionghoa, Azmi Abubakar mengungkapkan, merawat kebhinekaan adalah hal terpenting dalam bingkai kebangsaan di Indonesia. Jangan sampai, keberagaman menjadi titik lemah dari harmoni bangsa Indonesia saat ini.
Kebhinekaan merupakan sebuah kekuatan bagi bangsa Indonesia. Karena, keberagaman adalah rahmat Tuhan yang semestinya menjadi kekuatan bukan malah menjadi titik lemah, mudah di adu domba. Kebhinekaan itulah yang mendasari dirinya mendirikan Museum Pustaka Peranakan Tionghoa beberapa tahun lalu.
“Saya berpikir pendirian museum ini merupakan cara membangun keindonesiaan itu sendiri. Saya sebagai orang Aceh merasa menjadi bagian dari Tionghoa, sehingga saya membangun museum ini. Bukan berarti karena saya orang Aceh harus mendirikan Museum Aceh, atau orang Jawa harus mendirikan museum tentang budaya Jawa,” kata Azmi dalam talkshow bertajuk Harmoni dalam Keragaman” di Samasana Clubhouse, BSD Serpong, Sabtu, ditulis Minggu (5/3/2023).
Dia menjelaskan, sangat menarik ketika melihat orang Tionghoa membangun museum budaya lain, atau orang suku Jawa membangun Museum Makassar atau lainnya.
“Atau lebih ekstrem lagi, masyarakat muslim ikut mambangun gereja, wihara ataupun pura. Sebaliknya orang Kristen dan yang lain membangun masjid sehingga menonjolkan kebhinekaan itu sendiri. Dengan demikian kebhinekaan bisa jadi kekuatan, bukan kelemahan kita,” paparnya.
Azmi menegaskan bahwa, perlu diwaspadai kalau ada banyak kalangan yang kemudian menganggap kebhinekaan sebagai titik lemah Indonesia. Cara berpikir tersebut, kata dia, harus diubah. Justru dengan adanya keberagaman itu menjadi salahsatu sumber kekuatan.
"Jika kita hanya melulu berbicara tentang etnis kita, agama kita, golongan kita saja, buat apa kita dipersatukan menjadi bangsa Indonesia, Alangkah indahnya jika kita saling memahami dan menyayangi," ujar dia.
Dilokasi yang sama, Anggota DPR RI, Ansy Lema menyebutkan bahwa, menjaga kebhinekaan adalah hal yang sangat penting di era posttruth ini. Gerakan-gerakan politik yang memecah belah dan intoleran, harus disikapi dengan serius. Karena sikap intoleran merupakan bibit-bibit radikalisme yang sangat membahayakan.
“Karena itu politik identitas akan membuat kondisi Indonesia jadi tidak nyaman. Kita semua harus memperjuangkan agar ini tidak berkembang terus, sehingga akhirnya kita tak akan nyaman dengan kondisi itu. Kita harus melawan itu semua,” terang Ansy Lema.
Anggota DPR asal NTT itu juga mengatakan, para pendiri bangsa sebelumnya sudah memikirkan masalah keberagaman ini sejak di awal-awal perjuangan mereka dulu. Sehingga dengan begitu, Indonesia tetap satu walaupun telah merdeka 70 tahun lebih.
“Saya rasa salah satu penyebab Indonesia masih bisa berdiri saat ini adalah masih adanya empat pilar bangsa yakni Pancasila, UUD, NKRI dan asas Bhineka Tunggal Ika. Tanpa itu sulit untuk bertahan," bebernya.
Menurutnya, siapapun boleh-boleh saja mempelajari banyak ideologi. Namun, dia bilang, tidak ada tempat bagi ideologi lain untuk boleh berkembang di negara Indonesia selain Pancasila.
"Dengan Pancasila, kita boleh bebas. Tapi kebebasan kita juga tak boleh melanggar kebebasan orang lain. Pancasila adalah pondasi selaligus falsafah hidup kita,” pungkasnya. (Dra)