Ketum Asparnas Ngadiman: Tingginya Wisman ke RI karena Status Endemi-Copot Masker

Ketua Umum Asparnas, Ngadiman. Ketua Umum Asparnas, Ngadiman.

Detakbanten.com, JAKARTA – Belum lama ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) di Tanah Air mencapai 945.59 ribu kunjungan. Jumlah itu naik 9,21 persen dibandingkan April 2023 (mtm/month to month). Serta naik 166,42 persen dibandingkan bulan yang sama di 2022 (yoy/year on year).

Menurut Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dari rilis resmi, pada 3 Juli lalu, wisman yang berkunjung ke Indonesia pada Mei 2023 didominasi asal dari Malaysia 17,89 persen, Australia 12,04 persen, dan Singapura 10,65 persen.

Secara kumulatif, kunjungan wisman Januari-Mei 2023 meningkat 312,91 persen dibandingkan periode yang sama di 2022. Peningkatan kunjungan, terutama, tercatat di pintu bandara Ngurah Rai dan Soekarno Hatta. “Masing-masing meningkat 882,11 persen dan 335,91 persen," kata Pudji.

Lalu, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) di hotel bintang pada Mei 2023 mencapai 49,03 persen.
Angka ini turun 0,82 poin secara yoy namun naik 7,65 poin secara secara mtm. Begitu pula dengan TPK hotel non bintang.

Pada Mei 2023 mencapai 24,24 persen, turun tipis 0,51 poin secara yoy dan naik 2,37 poin secara mtm. Lalu, rata-rata lama tamu menginap di hotel berbintang naik 0,04 poin dibandingkan di 2022, yaitu mencapai 1,62 hari.

Dalam kesempatan terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pariwisata Nasional (Asparnas) periode 2020-2025 sekaligus akademisi, DR. Ngadiman SH.,S.E., M.Si. berpendapat bahwa tingginya wisman ke Indonesia di angka 945.59 ribu kunjungan menunjukkan bahwa Indonesia telah menetapkan status endemi Covid-19 hingga mulai menanggalkan pemakaian masker.

“Ya, pasti lebih tinggi (kedatangan wisman ke Indonesia) dibandingkan tahun lalu karena Indonesia sudah menetapkan status endemi dan tidak perlu pakai masker,” kata Ngadiman, dihubungi Detakbanten.com, Kamis (6/7/2023).

Ngadiman mengungkap wisatawan yang bagaimana yang harapannya dapat mendongkrak agar berkunjung ke Indonesia. “Kita harapkan adalah dari China dan India, yang besar ke Indonesia, khususnya ke Bali. Sepanjang direct flight dibuka kembali lebih cepat dari berbagai kota, tentunya akan mempercepat pemulihan pariwisata back to normal bahkan lebih tinggi,” jelasnya.

Ngadiman memaparkan sejak dibuka kembali berbagai direct flight (penerbangan langsung) ke Bangkok, peningkatan jumlah turis memang sungguh luar biasa. Bagaimana dengan okupansi penginapan?

“Kita memang mengalami kenaikan tingkat ocupancy hotel tapi belum merata ke semua hotel dan daerah. Bahkan boleh dikatakan, masih jauh dari normal. Tapi, ada peningkatan di bandingkan tahun 2022. Kita harus mengambil contoh Thailand, sampai mereka harus mengenakan pajak turis asing karena Overtourism. Sementara kita masih mengejar target wisman masuk ke Indonesia,” beber si kembar.

Padahal, lanjut Ngadiman, wisata Indonesia punya segalanya dibandingkan Thailand. Kelebihan lainnya, makanan Thailand justru dikenal lebih murah. Lalu, makanan enak, ganja dilegalkan, dan berbagai atraksi berbeda dengan negara lain. Maka itu, pulihnya pariwisata Indonesia sangat tergantung direct flight yang harus cepat dibuka kembali.

“Harga tiket yang tidak terlalu mahal, jika dibanding dengan Thailand, dimana jumlah wisatawan per Mei 2023, naik 600 persen mencapai 9.5 juta per mei 2023. Di mana, turisnya, mayoritas berasal dari kawasan Asia, seperti Malaysia, India, china, Korea Selatan. Sedangkan sisanya, berasal dari berbagai negara, seperti Australia, Inggris, Jerman, Korea Selatan, dan China.

Diketahui, Thailand menargetkan jumlah wisman tahin 2023 sebesar 30 juta turis. Bandingkan dengan Indonesia yang targetnya di 2023 sebesar 8.5 juta kunjungan.

 

 

Go to top