Selain Krisis Listrik, Warga Pulau Tunda Minim Sarana Kesehatan

Selain Krisis Listrik, Warga Pulau Tunda Minim Sarana Kesehatan

detakbanten.com SERANG - Masyarakat di enam Rukun Tetangga (RT) dan Dua Rukun Warga (RW) Kampung Pulau Tunda Desa Wargasara Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang, tunggu realisasi dan perhatian masalah Kesehatan.

Dengan jumlah Penduduknya yang hampir mencapai Dua Ribu jiwa, masyarakat Pulau Tunda sangat membutuhkan perhatian masalah kesehatan, penduduknya yang hampir 80 persen yang berprofesi sebagai Nelayan Tradisional, dan pedagang serta berkebun, kesehatan dirasa sangat mahal dan cukup menyusahkan.

Hanya ada satu Puskesmas Pembantu (Pustu) di Pulau Tunda, dengan satu orang Bidan dan satu pendamping, peralatan seadanya, serta kondisi yang kurang layak dan ketiadaan obat obatan menambah kesusahan masyarakat disana.

"Untuk obat obatan disini sangat kurang banget, dari puskesmas itu hanya untuk ibu hamil dan ibu melahirkan saja, inflastruktur alat alat yang lainnya tak tersedia banyak yang kami butuhkan," Ungkap Bidan Desa Wargasara Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang Musfiroh didanpingi
Asisten Bidan Triwidarti saat di temui di Pustu Pulau Tunda, Minggu, 02/08/2020.

Musfiroh menjelaskan, karna terlalu banyaknya yang dibutuhkan masalah kesehatan jika disebutkan satu persatu tidak akan cukup untuk menyebutkannya dalam satu hari.

"Masih banyak lagi kalau disebutkan mah ga cukup satu hari untuk alat alat yang kami butuhkan didaerah ini,"tuturnya.

Kalau aspirasi urgen, terang Musfiroh,
yang harus dibenahi wilayahnya obat obatan, penerangan, dan juga yang paling dibutuhkan peralatan, termasuk status dirinya yang masih Tenaga Harian Lepas (THL) sejak tiga tahun lalu.

"Saya disini sejak lulus sekolah sebelum jadi thl sudah jadi relawan, untuk pengajuan semua yang dibutuhkan itu sudah dilakukan, namun hingga kini belum ada respon, dengan kondisi seperti ini sangat sulit sekali dalam perawatan atau penanganan pasien terurama jika ada yang melahirkan malam, kondisinya gelap di pulau ini,"terangnya.

Musfiroh menuturkan bahwa didaerahnya, banyak warga yang mengalami batuk pilek umumnya yang berobat, selain itu sakit kaki yang paling banyak, selebihnya sakit kepala, jika untuk penyakit yang serius biasanya dianjurkan rujukan ke Puskesmas Tirtayasa, itupun kalau memakai BPJS, namun jika tidak, hanya ke klinik klinik yang ada di daerah Serang, jarak tempuh pakai kapal cepat sekitar satu jam setengah hingga dua jam dari Pulau, paling lama jarak tempuh dari Pulau Tunda ke daratan Serang tiga jam.

"Makanya kasihan kalo misalkan ada pasien yang darurat banget punya keluhan penyakit jantung itu repot, terus juga ambulance juga dari pelabuhan karangantu ke rumah sakitnya itu kami ga ada,"Jelasnya.

Sementara itu Kepala Kampung Pulau Tunda Desa Wargasara Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang Hasyim Menuturkan bahwa dirinya sebagai kepala desa sangat menginnginkan sekalai adanya tenaga kesehatan seperti fokter atau mantri di daerahnya.

"Sangat ingin sekali bahwa dokter di pulau tunda ini, tolonglah baik itu sebulan ataupun tiga bulan sekali atau setengah bulan sekali tolonglah untuk ke pulau tunda untuk pelayanan itu, tapi sampai sekarang pelayanan itu belum ada baik dari kesehatan serang maupun dari kcamatan tirtayasa cuman hanya bidan desa yang termasuk masih honorer yang termasuk putri pulau tunda sendiri satu satunya disini," harapnya.

Hasyim merasa Riskan, di daerahnya berobat besar biayanya karna melalui laut operasionalnya tinggi jika sakit bukan jadwal fery ya terpaksa kita pakai kapal nelayan yang kalau hitung itu menghabiskan bahan bakar besar, kalau yang lainnya gotong royong.

"Itu kendala sementara untuk kesehatan disini dari segi biaya sangat cukup tinggi, tranfortasinya ajah bila kita sakit kebetulan tidak ada jadwal fery itu di atas satu juta untuk carter kapal ke daratnya," terangnya.

Walaupun ada poliklinik, puskesmas pembantu (Pustu) untuk pelayanan sementara didaerahnya, lanjut Hasyim, namun kondisinya apa adanya, masalah obatnya juga apa adanya, tenaga kesehatannya pun apa adanya hanya satu bidan adan satu asisten bidan yang ada.

"Serba apa adanya, hanya ada bidan, tidak ada dokter atau mantri tapi karna masyarakat disini sangat membutuhkan ya apa adanya saja, perawat ada satu, itu melayani semua, seluruh penduduk pulau tunda, tapi kalau mereka lagi ada kegiatan didarat ya tidak ada, makanya kita pemerintah desa minta untuk tenaga memang harus dua untuk bergantian, jadi tidak ada kekosongan gitu."tandasnya.

Laporan Khusus Wartawan DetakBanten Faizudin dari Pulau Tunda

 

 

Go to top