Lonjakan Drastis Pasangan MS Dapat 19,3 Persen Dalam 2 Bulan, Pengamat : Pola Tebar Aura Kemenangan Sebelum Kontestasi

Lonjakan Drastis Pasangan MS Dapat 19,3 Persen Dalam 2 Bulan, Pengamat : Pola Tebar Aura Kemenangan Sebelum Kontestasi

detakbantek.com TANGSEL - Pilkada serentak tahun 2020 yang akan dilakukan di 270 daerah pada 9 Desember 2020 menarik perhatian masyarakat luas. Khususnya daerah yang menjadi medan perang para dinasti seperti Kota Tangerang Selatan, yang kontestasinya diisi oleh anak Wakil Presiden Ma'ruf Amin, Siti Nur Azizah, keponakan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Rahayu Saraswati dan anak Bupati Serang, Tatu Chasanah, yaitu Pilar Saga Ikhsan.

Beredar hasil survei dari Lembaga Survei Indikator pada bulan November yang menyebutkan bahwa posisi Muhamad-Saraswati menduduki peringkat teratas dengan 34,5%, sementara diposisi kedua ada Benyamin-Pilar dengan 31,8%, dan Siti Nur Azizah-Ruhamaben 12,1%. Dalam hasil survei yang sama diketahui bahwa pada bulan Agustus, hasil survei pasangan Muhammad-Saraswati adalah 15,2%, artinya ada peningkatan 19,3% dalam kurun waktu 2 bulanan.

Menangapi hal ini Pengamat politik dari Universitas UNIS, Adib Miftahul mengatakan bahwa dalam strategi politik, ada pola menyebarkan aura kemenangan sebelum kontestasi guna menggapai opini publik.

"Ini biasa. Saya melihat ini sebagai strategi politik guna mendulang opini kemenangan di masyarakat. Meningkatkan elektabilitas 5% dalam sebulan, itu sangat luar biasa. Jadi kalau ini bisa naik lebih dari 19%, artinya pasangan Muhammad-Saraswati dibantu Superman," ungkap Adib kepada awak media, Rabu, 18/11/2020.

Terkait adanya anggapan bahwa hasil survei lembaga survei Indikator berpihak kepada pasangan Muhamad-Saraswati, Adib mengatakan bahwa sebagai akademisi dirinya percaya bahwa metodologi penelitian yang digunakan dan hasil yang tergambar bukan rekayasa.

"Saya yakin metodologi dan hasil survei yang dilakukan Lembaga Indikator bukan rekayasa. Namun bisa jadi lapangan yang menghasilkan sample survei sudah terkontaminasi. Bisa saja survei dilakukan pada sample yang kebetulan merupakan basis Muhammad-Saraswati, atau bisa jadi pasangan itu melakukan sosialisasi melekat sebelum survei dilakukan, sehingga hasilnya abstrak," ujar Dosen Fisip ini.

Lebih lanjut Adib mengatakan bahwa banyak kontestan dalam pemilu terlena dengan hasil survei yang tinggi, sementara pada implementasinya bertolak belakang.

"Saya hanya berpesan, banyak kontestan kalah karena terlena hasil survei. Yah, kalau saran saya, pasangan Muhammad-Saraswati harus merangkul Lembaga Indikator sebagai konsultan politiknya. lha, dapat 19% dalam waktu 2 bulan, kalau saya langsung saya rekrut jadi konsultan itu," tutupnya. (*)

 

 

Go to top