Tokoh Pendiri Banten Tolak Gagasan Sistem Khilafah

Tokoh Pendiri Banten Tolak Gagasan Sistem Khilafah

detakbanten.com, SERANG - Beredarnya isu mengenai gagasan sistem khilafah yang sempat ramai di bicarakan, Tokoh Banten, Embay Mulya Syarif menolak adanya sistem tersebut, karena dirinya menilai bahwa sikap toleransi di Provinsi Banten telah diajarkan oleh para pendahulu.

Sehingga, kata dia, masyarakat Banten dengan sendirinya menolak gagasan menangani sistem khilafah, dan sistem Pemerintahan dalam ajaran islam tidak bersifat baku. Sebagai mana diterapkan dibeberapa negara islam yang hingga hari ini masih menggunakan sistem republik dan kerajaan.

"Mesir itu republik namnya al-jumhuriah, Saudi kerajaan, Yordania kerajaan, Brunai kerjaan, Malaysia kerajaan, dan Indonesia itu republik. Semuanya adalah mayoritas agama Islami. Kita mempunyai kesepakatan otomatis, dengan tertolak gagasan khilafah tersebut," ungkap Embay seusai mengisi materi seminar nasional bertema NKRI dan Pancasila harga mati yang diadakan oleh ICMI Banten, di Gedung STIE Banten, Selasa (27/8/2019).

Menurut Embay, jika ada warga negara Indonesia menolak mengenai kesepakatan yang telah dilakukan para pendiri bangsa, tidak mempunyai hak membongkar kesepakatan tersebut. Karena mereka bukan orang yang membuat kesepakatan bangsa Indonesia.

"Yang bisa membongkar kesepakatan itu ya yang membuat kesepakatan, dan mereka sudah pada wafat. Jadi kita sekarang tinggal menjaga amanah dan kesepakatan tersebut. Kalau ada orang yang melanggar kesepakatan itu hina dan dilarang dalam ajaran islam," jelasnya.

Lanjut Embay, terlebih di NKRI sistem ajaran Islam telah diterapkan mulai dari penerapan Undang-undang Zakat, waris, pernikahan, wakaf dan perbankan syariah. "Jadi Penerapan syariat islam di Indonesia itu sudah diterapkan," tegasnya.

Apalagi Provinsi Banten, masih kata Embay, sudah mengenai nilai-nilai akulturasi budaya sejak zaman kerajaan, sehingga termajin nilai-nilai toleransi di Banten sangatlah tinggi.

"Orang Banten sudah berbaur dengan kemajemukan, kita liat saja di situs Banten lama. Ada kelenteng, kampung kebalen, kampung bugis, kampung garut, dengan melekat akulturasi budaya yang sudah ada disana. Bagaimana menara banten itu, merupakan perwujudan dari kelenteng yang di tinggikan serta arsitekturnya dari cina. Bahkan menara di tapak segi delapan itu dari budha, serta tempat khutbah (mimbar) itu kan pandu putri cina, sampai di samping Masjid Agung ada bangunan tiama dari eropa. Jadi di Banten ini sudah tak aneh, kalau di toleransinya tinggi," tandasnya.

Go to top