Cara Ketua Kompolnas Benny Mamoto Interogasi Pelaku Kejahatan

Detakbanten.com, JAKARTA - Ada pengalaman menarik ketika Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Benny Mamoto menginterogasi pelaku Bom Bali 2, Muhammad Ali Ghufron alias Mukhlas, terduga teroris tahun 2003. Padahal, menginterogasi teroris bukan pekerjaan mudah.
Tahun itu, Benny di posisi Dit I/Kamtrannas Bareskrim Polri dengan jabatan Komisaris Besar Polri.
Sebagai eks perwira polisi yang pernah bertugas di Densus 88 Antiteror, ia 'kenyang' sulitnya menginterogasi teroris.
Tapi, lambat laun ia sadar. Menginterogasi teroris tak bisa dilakukan dengan cara-cara kekerasan. Namun, teknik itu efektif untuk menggali informasi dari mereka.
Seperti pendekatan kekeluargaan dan personal. Contohnya, saat ia menginterogasi Mukhlas.
"Makanya, pendekatan (kekeluargaan) yang saya lakukan ini mengena. Mukhlas keras. Diam terus. Tapi, karena saya tahu percintaan dia dengan istrinya, saya mulai dengan percintaan itu. Bagaimana cara ia mendapatkan istrinya. Ternyata pendekatan yang saya lakukan mengena," kata Benny, dalam diskusi bertema Hari Anti-Penyiksaan Internasional di Amnesty International Indonesia, Jakarta, Rabu (26/6/2024).
Ia menjelaskan, usai berhasil interogasi Mukhlas, Benny banyak menerima pertanyaan.
"Banyak ditanya, 'pakai pendekatan apa?' Pendekatan budaya. Mohon maaf, saya menghadapi orang Jawa, ya pakai budaya Jawa. Bagaimana filosofi orang Jawa. Artinya, ketika seseorang didudukkan pada posisi sesuai persepsi dirinya pejuang atau hero. Posisikan pada posisi itu. Dihargai, jangan dihina, dan jangan direndahkan. Buat dia nyaman. Yang ada, dialog," jelasnya.
Dalam pemeriksaan Mukhlas itu, ia mengklaim tidak melakukan pemeriksaan fisik dan psikis. "Atau kekerasan verbal," ujarnya.
Pernyataan Benny itu, juga terkait kasus kematian siswa SMP di Kota Padang, Sumatera Barat, AM (13) oleh terduga oknum polisi yang seharusnya, kata Benny, bisa dilakukan secara profesional dan komprehensif.
Sebelumnya, hasil investigasi LBH Padang menduga kuat bocah itu sempat mengalami siksaan oleh polisi saat pencegahan aksi tawuran remaja.
Benny memandang, pemeriksaan oleh kepolisian terhadap terduga pelaku tindak kejahatan, termasuk teroris, bisa melalui soft approace atau pendekatan lembut.