Suku Baduy Hidup Menyatu dengan Alam, Tanpa Listrik dan Mandi di Kali

Suku Baduy  Hidup Menyatu dengan Alam, Tanpa Listrik dan Mandi di Kali

Detakbanten.com LEBAK - Patung Selamat Datang di Kampung Ciboleger menjadi penanda bagi wisatawan bahwa tidak jauh lagi akan memasuki kawasan Baduy Luar. Sekitar 200 meter dari tempat pemberhentian kendaraan atau biasa disebut terminal Ciboleger.

Dengan jalan menanjak, wisatawan pun disuguhkan dengan deretan rumah panggung yang dibangun secara sederhana dan seragam. Rumah Suku Baduy umumnya dibangun dengan konstruksi utama dari bahan kayu, kemudian dindingnya terbuat dari bilik bambu serta atap ditutup dengan ijuk.

Hampir di setiap rumah Suku Baduy ini menjajakan kain tenun khas Baduy dengan berbagai motif dan ukuran. Jika beruntung, wisatawan bisa menyaksikan langsung proses pembuatan kain tenun yang dilakukan oleh para ambu (ibu) secara tradisional.

Para ambu dengan teliti memintal benang dan menenun menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) yang sudah digunakan secara turun-menurun. Di Kampung Kaduketug inilah, para wisatawan bisa memulai dan mengakhiri petualangannya di Baduy.

Jika tujuannya hanya ingin berkeliling di Baduy Luar, wisawatan bisa terus berjalan kaki menelusuri jalan bebatuan dan juga hamparan ladang hingga ke Desa Gajebo yang bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih satu jam.

Desa itulah menjadi pembatas antara Baduy Luar dan Baduy Dalam, ditandai adanya penghubung jembatan bambu di atas sungai yang kini telah menjadi ikon Baduy.

Kaolotan di Kampung Kaduketug, Sarip mengatakan, para pengunjung diperbolehkan menginap di rumah warga dengan syarat harus mengikuti adat dan kebiasaan di sana.

“Per rumah bisa menampung rata-rata 10 tamu. Namun alangkah baiknya jika memang ada yang dikenal di sini jadi bisa kami carikan terlebih dahulu rumah mana yang bisa ditempati pengunjung,” ujar Sarip, memulai obrolan hangat dengan wartawan, Rabu (9/11/2021).

Pengunjung, sambungnya, juga wajib mengetahui apa saja yang menjadi larangan dan apa yang diperbolehkan selama tinggal di kawasan Baduy. Karena seperti halnya Baduy Dalam, Baduy Luar pun terikat kuat dengan aturan adat.

“Kami masih menjalani hidup tanpa listrik, untuk mandi juga biasanya kami arahkan ke kali. Bisa dilihat, rumah kami tidak menggunakan genteng dan juga tidak pakai tembok. Jika mencari kemewahan, jelas bukan di sini tempatnya. Kesederhanaan dan kepatuhan terhadap adat inilah yang mungkin menjadi daya tarik para pengunjung dari kota,” ucapnya.(Aden)

 

 

Go to top