Siapkan Skill Warga Binaan, Lapas Cilegon Berikan Berbagai Pelatihan

Kepala Seksi Kegiatan Kerja Lapas Kelas IIA Cilegon, Aditya Jatari saat melihat aktivitas para narapidana yang mereparasi sofa. Kepala Seksi Kegiatan Kerja Lapas Kelas IIA Cilegon, Aditya Jatari saat melihat aktivitas para narapidana yang mereparasi sofa.

Detakbanten.com, CILEGON - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Cilegon, memberikan sejumlah pelatihan bagi warga binaan pemasyarakatan (WBP) agar ketika mereka bebas nanti dapat meningkatkan produktivitas mereka.

Kepala Seksi Kegiatan Kerja Lapas Kelas IIA Cilegon, Aditya Jatari mengatakan, pihaknya berupaya memberikan modal keterampilan kepada warga binaan agar selepas menjalani masa pidana mampu melanjutkan kehidupan secara lebih baik di lingkungan masyarakat.

Lapas Kelas IIA Cilegon konsisten memaksimalkan kegiatan pembinaan kemandirian memberikan pelatihan. Misalnya budidaya ubi Jepang, menjahit, sablon, tata boga, reparasi sofa dan lain-lain.

"Kita tahun ini sudah melaksanakan pelatihan cukup banyak mulai dari menjahit, pengelasan, terus pembuatan rangka baja, ada juga pembuatan batik, ada juga tata boga, dan yang terbaru reparasi sofa," kata Aditya Jatari, Rabu (27/7/2022).

Selain itu, untuk pelatihan budidaya ubi Jepang atau ubi jalar dengan memaksimalkan lahan kosong seluas 2.000 meter di sekitar Lapas.

"Kita juga ada budidaya ubi Jepang. Saya rasa di Cilegon baru Lapas Cilegon aja, petani-petani lokal pun belum ada. Itu kita bekerjasama dengan pihak ketiga untuk mengelola budidaya ubi Jepang. Ada juga kita peternakan walaupun masih tradisional, ada peternakan ayam, kita juga lagi belajar budidaya lobster air tawar ada juga kita budidaya anggur mudah-mudahan 4 bulan lagi panen," tuturnya.

Sedangkan untuk menambah pengetahuan dan skill di bidang tata boga, warga binaan juga dibekali pelatihan pembuatan roti di ruangan khusus di dalam Lapas Kelas IIA Cilegon.

"Kita ada juga tata boga disitu ada onde-onde, ada roti, lumayan cukup luar biasa pembeli di dalam sini (Lapas), kita cukup kewalahan juga. Kita juga memiliki ruangan yang higienis untuk tata boga kita tutup rapi ruangannya ber-AC disitu ada pencuciannya lengkap lah, anak-anak (napi) juga pakai sarung tangan pokoknya higienis," paparnya.

"Selain itu, kita juga banyak pelatihan di perkayuan contohnya partisi-partisi yang ada di sini (Lapas) semuanya buatan anak-anak semua kita kombinasi dari bahan-bahan yang bekas atau di daur ulang. Kita juga bisa bikin gerobak, bangku, meja, terus kita juga ada pembuatan sofa atau reparasi sofa, Insya Allah bisa dipasarkan kedepannya, jadi unggulan kita juga," sambungnya.

Berbagai budidaya dan pelatihan ini diharapkan dapat membantu memaksimalkan Resolusi Pemasyarakatan Tahun 2020 berupa pemenuhan ketahanan pangan dan peningkatan PNBP di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM. Yang terpenting dapat dijadikan sebagai bekal oleh warga binaan selepas menjalani hukuman pidana.

“Dengan pembinaan ini semoga warga binaan kami dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan berguna di lingkungan masyarakat setelah kembali ke masyarakat. Kita mengajak teman-teman yang ada di dalam Lapas Cilegon ini untuk bisa mengembangkan potensi yang ada. Harapannya mereka mendapatkan skill yang mumpuni diluar, tidak mengulangi lagi perbuatannya makanya kita harus memberikan skill supaya mereka bisa mendapatkan penghidupan yang layak," tuturnya.

"Kita juga disini berupaya untuk membuat mereka dapat diterima kembali dengan mempunyai skill mereka akan diterima oleh masyarakat. Kebanyakan orang-orang menstigma narapidana itu ngga bagus padahal mereka hanya tersesat ya. Harapannya memang selain memberikan teman-teman latihan untuk mendapatkan skill mudah-mudahan apa yang kita hasilkan disini bisa dipasarkan ke masyarakat supaya masyarakat tahu mereka ini didalam diberikan keterampilan," paparnya.

Untuk bisa mendapatkan pelatihan, dikatakan Aditya Jatari narapidana harus memenuhi syarat administratif dan substantif. "Kita disini dari total keseluruhan narapidana itu ada sekitar 2.000 lebih untuk saat ini yang mengikuti pelatihan disini kurang lebih 120 warga binaan," pungkasnya.

Lebih lanjut, Aditya Jatari membeberkan bahwa semangat para napi yang dibina untuk menjadi lebih baik selalu menginspirasi ke napi yang lain. Tak ayal, jika Seksi Kegiatan Kerja yang ia bina selalu dipenuhi warga binaan untuk belajar berbagai macam bimbingan yang telah disiapkan.

"Semangat ini menular. Jika ada yang sudah berhasil membuat satu produk, biasanya akan datang lagi warga binaan lain untuk belajar. Tentu kita mengapresiasi semangat mereka. Kita juga datangkan pelatih yang profesional, dan kita sediakan bahan bakunya," papar Jatari.

Tapi tak sedikit produk yang dihasilkan di Lapas Cilegon, dari tangan-tangan mereka yang tak pernah memiliki keahlian di bidang serupa.
Pada 2021 kemarin, Lapas Cilegon sempat menggelar acara One Prison Product yang tujuannya mempromosikan hasil prakarya yang dibuat oleh warga binaan di Lapas Kelas IIA Cilegon. Berbagai macam produk dipromosikan, mulai dari aneka kuliner, hasil bumi seperti sayur dan buah, berbagai jenis ikan yang dibudidayakan hingga pernak-pernik dan pajangan yang diolah dari barang bekas dipamerkan lalu dijual.

"Kita yakin, Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang telah berkarya akan menjadi lebih sukses dan lebih baik dari sebelumnya. Semua itu dapat mereka wujudkan, jika tetap bersemangat dalam mengasah kemampuannya agar mampu menghasilkan produk terbaik sehingga mampu bersaing dengan produk-produk lainnya," tandasnya.

Sementara itu, salah warga binaan kasus pembunuhan pada 2018 silam, EF kini tak lagi merasa jenuh dengan masa hukuman penjara yang ia lalui di Lapas Kelas IIA Cilegon. Kesibukan mengikuti pembinaan yang diberikan oleh Seksi Kegiatan Kerja (Giatja) Lapas Cilegon, seolah menjadi pemecut semangat baginya untuk menjadi manusia yang lebih baik saat dirinya bebas kelak.

EF terbilang baru mengikuti pelatihan yang digelar. Ia, mendapat info dari teman se-aulanya bahwa ada pelatihan membuat kursi sofa di Giatja. Kebetulan, dirinya juga pernah mencari penghasilan dengan mereparasi sofa. Ia juga bersyukur mendapatkan pelatihan dari Lapas Kelas IIA Cilegon.

"Dulu, saya pernah ikut saudara kerja jasa servis sofa. Saat itu, saya bisa mencukupi kebutuhan keluarga saya. Selalu ada saja yang butuh direparasi sofanya, apalagi saat menjelang hari raya," tuturnya disela-sela mengikuti pelatihan di Aula Pembinaan Kegiatan Kerja Lapas Kelas IIA Cilegon.

Selain untuk mengisi keseharian selama menjalani sisa hukuman di Lapas, kesibukannya kini juga ampuh untuk melupakan luka di masa lalu. EF yang sempat terpuruk karena perbuatannya, kini merasa menjadi insan yang jauh lebih sabar dan tenang. Terlebih, dukungan istri dan anak tercinta selalu menjadi penyemangat disaat dirinya merasa tersisihkan.

"Mereka jauh lebih kuat daripada saya, selama saya disini, istri yang tak pernah kerja kini berjualan nasi uduk, anak-anak saya juga kerja sambil sekolah. Keluar dari sini saya harus menjadi lebih baik. Pelatihan membuat dan mereparasi sofa ini jadi modal saya nanti," pungkas EF yang diketahui mendapat vonis tinggi, karena dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain. (man)

 

 

Go to top