BI Banten : Minyak Goreng & Shampo Jadi Penyumbang Inflasi

BI Banten : Minyak Goreng & Shampo Jadi Penyumbang Inflasi

Detakbanten.com SERANG - Kantor perwakilan Bank Indonesia Banten mencatat selama bulan November 2021 ada beberapa komoditif mengalami inflasi atau kenaikan.

Komoditif yang mengalami inflasi seperti telur ayam yang awalnya 0,11 persen, mengalami inflasi (naik) menjadi 18,00 persen. Cabai merah yang awalnya 0,07 persen, inflasi 20,02 persen. 

Selain itu, minyak goreng andil hingga diangka 0,07 persen, inflasi 5,87 persen. Daging ayam ras, juga ikut andil 0,01 persen, inflasi 0,90 persen. Terakhir Shampo untuk mandi andil 0,01 persen, inflasi 2,31 persen. 

Sedangkan komoditif yang mengalami penurun, seperti bawah merah berawal di angka 0,03 persen, turun menjadi 8,72 persen. Adapun tomat diangka 0,02 persen, kembali turun menjadi 7,65 persen. Buah naga andil 0,02 persen, deflasi 15,25 persen. Cabai rawit andil 0,02 persen, dengan deflasi 10,29 persen. Begitu pun dengan buah jeruk ikut yang ikut andil di angka 0,01 persen, serta deflasi 3,03 persen.

"Saya kira khusus untuk ninyak goreng, kita sudah siapkan untuk menyalurkan minyak goreng sederhana, bekerjasama dengan Aprindo dan Pemerintah Daerah (Pemda). Inipun khusus untuk kuartal 1 pada 2022, untuk stabilisasi harga. Bahkan kita pun akan memperkuat TPID di jabupaten dan kota di provinsi Banten," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten, Erwin Soeriadimadja kepada wartawan dalam acara Economic Outlook, di Anyer Kabupaten Serang, Selasa (14/12/2021).

Dijelaskan Erwin, dengan adanya kebijakan Kementrian Perdagangan dalam stabilisasi harga minyak goreng, dengan transisi ke ritel berjalan lancar untuk distribusi.

"Saya kira, saat ini masa transisi dan semua harus di perhatikan. Sesuai kebijakan kementrian, kita harus kawal kesetiap ritel lancar distribusi ninyak goreng. Bahkan pemerintah daerah juga harus melakukan kebijakan operasi pasar. Kita juga harus memperhatikan transisi kepastisan dari pabrik, packing hingga pengiriman ke riteler harus ada pemantauan. Koodinasi dengan para riteler menjadi poin penting, dan TPID kerja bersama untuk stabilisasi harga minyak goreng," jelasnya.

Sementara untuk kenaikan harga Shampo, menurut Erwin, disebabkan PPKM yang renggang, dan konsumsi Shampo lebih tinggi. Karena anak mulai sekolah, aktivitas sudah kembali berjalan dan salon pun mulai kembali buka.

"Kita pun jadi sering mandi, karena motifnya untuk sehat. Mobilitas masyarakat sudah naik. Tapi untuk pemantau kita, komponen pembuat Shampo melalui distribusi tidak ada yang berkurang, dan masih dalam pemantauan," pungkasnya. (Aden)

 

 

Go to top