Direktur KPN: Siti Nur Azizah Rebut Suara Golput Bakal Menang

Direktur KPN: Siti Nur Azizah Rebut Suara Golput Bakal Menang
detakbanten.com TANGSEL -  Siti Nur Azizah berpeluang menang di pilkada Tangsel 2020 ini jika putri Wapres RI Ma'aruf Amin ini bisa merebut suara Golput, hal ini dikatakan Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul.
 
“Dari angka Golput yang tinggi itu, jadi peluang besar buat calon dengan elektabilitas rendah seperti SNA. Mau tidak mau, karena melihat dari basis pemilih diwilayah kampung-kampung SNA tak ada harapan, maka dia harus berjuang untuk merebut suara Golput,” ujar Adib yang juga Dosen di UNIS Tangerang, dalam pers rilis yang diadakan di Roti Bakar Edi, Tangsel, Rabu (5/8/2020).
 
Ketika menampilkan hasil survei yang disandingkan dengan golput, hasilnya mengejutkan bahwa golput menempati posisi 55%. 
 
"Kita membuat simulasi pemilihan yang menghadapkan para calon dengan golput dan tanpa golput. Hal ini guna menunjukan siapa calon yang diuntungkan atau dirugikan dengan tinggi atau rendahnya angka golput tersebut," papar Adib.
 
Dalam survei yang dilakukan, ketika responden tidak dihadapkan dengan golput (golongan putih red) maka hasilnya Benyamin Davnie memperoleh elektebilitas tertinggi dengan 32,9%. Disusul oleh Muhammad 25%, dan Siti Nur Azizah 21,5%. Diposisi Wakil, yang memperoleh peringkat tertinggi adalah Ruhamaben dengan 6,5%, disusul Pilar Saga Ichsan 4,6%, dan kemudian Rahayu Saraswati 1,2%.
 
"Ini harus menjadi perhatian bersama, bahwa angka golput bisa mencapai 55%. Maka kami katakan bahwa pemenang pilkada dalam survei kami dalam kurun waktu ini adalah golput. Ini meningkat sekitar 10% dari pilkada sebelumnya yang sekira 44,9%," papar Adib.
 
Adib menegaskan  jika memang Azizah bisa memanfaatkan peluang suara Golput dengan maksimal, tidak menutup kemungkinan Azizah bisa menyalip paslon lainnya.
 
"Terkait dengan persandingan para calon dengan golput, hasil survei menunjukan ketika angka golput tinggi maka pasangan Siti Nur Azizah yang diuntungkan," tegasnya.
 
Lebih lanjut Adib mengatakan bahwa alasan terbesar mengapa para pemilih enggan ke tempat pemungutan suara atau TPS adalah karena ketakutan terpapar virus covid 19.
 
"Ini menjadi PR besar bagi komisi pemilihan umum atau KPU Tangsel bagaimana bisa menerapkan sistem pemungutan suara yang berbasis protokoler covid 19, dan meyakinkan para pemilih untuk datang ke TPS," pungkas Adib. (cho)

 

 

Go to top