Jokowi Kesandung Mahasiswa

Jokowi Kesandung Mahasiswa

detaktangsel.com- EDITORIAL, Ratusan mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan aksi penolakan terhadap calon presiden (capres) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Joko Widodo alias Jokowi ketika hendak masuk gerbang kampus tersebut. Kedatangan Gubernur DKI Jakarta itu disambut demonstrasi mahasiswa ITB sekitar pukul 13.00.

Mahasiswa dari berbagai jurusan itu berkumpul di depan gerbang kampus. Sambil orasi, di antara aktivis kampus ini membentangkan spanduk penolakan Jokowi ke ITB. Alasanya mereka masuk akal, sebagaimana tertera di spanduk 'Kampus Netral Harga Mati, Pulang, Pulang.

Mobil rombongan Jokowi sempat dihadang mahasiswa. Jokowi pun tak muncul di kampus itu. Namun, aksi di tengah hari yang terik itu memaksa petugas keamanan bertindak. Mereka mendorong massa yang menghadang.
Sebuah mobil berpelat nomor B-1686-RFR sempat berhenti lima menit. Sejumlah kendaraan sedan yang mengekor di belakang mobil yang diperkirakan ditumpangi Jokowi itu juga ikut berputar arah.

Mahasiswa menilai kedatangan Jokowi ke ITB berbau politis. Sebab, kedatangan Jokowi itu menjelang Pemilu Presiden, 9 Juli mendatang. Rencananya, Jokowi menandatangani nota kerja sama dengan ITB. Selain itu, Jokowi dijadwalkan memberi kuliah umum di Aula Timur ITB mulai pukul 13.00.

Peristiwa in bak bogem mentah bagi Jokowi. Biasanya, kehadiran Jokowi tidak hanya diterima dengan dua tangan terbuka, bahkan, dielu-elukan. Namun, kali ini mendapat perlawanan sekaligus pengusiran.

Apa tidak dibaca suasana kebatinan sebagian masyarakat, terutama aktor-aktor demokrasi yang bersemayam di lingkungan kampus? Gerakan Anti-Jokowi mulai tumbuh, itu asumsi sementara muncul. Kubu pendukung dan pengusung Jokowi tidak bisa anggap masalah sebagai hal sepele. Ternyata ada sebagian pihak membenci mantan Walikota Solo, Jawa Tengah, tersebut.

Tidak sertamerta, lalu, kubu pendukung dan pengusung Jokowi sebagai capres melontar tuduhan berbagai macam. Yang pasti, ada ketulusan kalangan aktivis mahasiswa untuk menolak kehadiran Jokowi.

Semua tahu, ITB merupakan 'sarang' dan 'laboratorium' aktor demokrasi di samping kampus lainnya seperti UI, UGM, Trisakti, dan sebagainya. Kenapa kubu Jokowi tidak mempelajari dan mengondisikan lebih dahulu sebelum dipermalukan sedemikian rupa?

Masih ingatkah semasa Rudini sebagai Menteri Dalam Negeri mendapat perlakuan yang sama ketika menginjakkan kaki di Kampus ITB. Ini berarti 'politic felling' mahasiswa ITB patut dimaknai secara jernih dan cerdas.

Bisa jadi di balik peristiwa pengusiran ini, sentimen politik mahasiswa ITB terhadap Jokowi merupakan harga mati. Figur Jokowi tidak laku 'dijual' di mata mahasiswa.

Spekulasi yang berkembang di permukaan umum menyusul kejadian ini, nama Jokowi mencuat lantaran nasib baik. Karena visi-misi Jokowi standar. Sehingga sulit bisa dipertanggungjawabkan untuk mengubah nasib rakyat.

Juga, ada di antara sebagian masyarakat berkembang isu bahwa di balik Jokowi sukses karena ada sokongan pemodal alias kapitalis dunia. Campur tangan konglomerat asing itu dikhawatirkan melahirkan transaksi politik.

Rasa kekhawatiran masyarakat mungkin ditangkap mahasiswa ITB. Lalu, diwujudkan dan disuarakan melalui aksi pengusiran tersebut.

Bila asumsi sementara benar, celaka nasib rakyat menuntut perubahan akan berjalan di tempat. Seperti halnya ketika isu perubahan, demokratisasi, dan penegakan supremasi hukum dikumandangkan capres semasa bertarung di pemilu 2009 dan 2004. Ketika berhasil duduk di kursi kekuasaan, alhasil hanya omong doang alias omdo.

Tidak bisa dipungkiri politik dagang sapi masih mewarnai konstelasi politik nasional. Akibatnya, panggung politik jadi tontonan sesaat. Apalagi sejak Indonesia tidak memiliki Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN), semua penghuni Negeri Nusantara mempertanyakan mau dibawa ke mana negara dan bangsa ini.

 

 

Go to top