Simulasi di Periode Kristal, KPN Buktikan Hasil Pilkada Sesuai Prediksi

Simulasi di Periode Kristal, KPN Buktikan Hasil Pilkada Sesuai Prediksi

detakbanten.com TANGSEL - Hasil hitung cepat yang dipublikasi oleh berbagai lembaga survei di hari pencoblosan pada Pilkada Kota Tangerang Selatan, menunjukan bahwa kemenangan diperoleh oleh pasangan no urut 3 yaitu Benyamin Davnie dan Pilar Saga Ichsan.

Hasil tersebut sesuai dengan hasil simulasi yang dilakukan oleh Lembaga Kajian Politik Nasional (KPN) yang dirilis pada 4 Desember 2020. Terkait kesamaan hasil tersebut, Direktur Riset KPN Tamil Selvan mengatakan bahwa periode survei yang dilakukan lembaganya merupakan periode kristal, sehingga keputusan responden cenderung mengambarkan keputusan akhir.

"Memang suara Paslon Ben-Pilar unggul, namun pemenang pilkada Tangsel itu Golput. Kami sangat yakin dengan hasil simulasi KPN, karena kami memilih periode kristal yaitu seminggu sebelum pencoblosan, biasanya keputusan akhir bisa di potret di masa ini. Jika pun ada perubahan sikap pemilih, maka tidak signifikan," ujar pengamat politik yang akrab disapa Kang Tamil ini kepada awak media, Kamis, 10/12/2020.

Kang Tamil mengatakan bahwa KPN muncul untuk menjadi antitesis terhadap citra lembaga survei yang kian buruk dimata masyarakat. Menurut pengamat ini, Pilkada Kota Tangerang Selatan menjadi role model untuk membuktikan bahwa masih ada lembaga yang kredibel dan bisa dipercaya.

"Awal muncul KPN ini kan menjadi kontorversi, karena kami bersikap netral. Kami sengaja memilih Tangsel, karena disini perang bintang dan menjadi sorotan nasional. Hari ini, banyak lembaga lain yang ngomongnya netral, tapi dibelakang menjadi konsultan politik paslon dan mengunakan hasil survei untuk pengiringan opini. Kami muncul dan membuktikan masih ada lembaga survei yang bisa dipercaya masyarakat," tandasnya.

Terkait adanya lembaga survei yang merilis kemenangan oleh paslon selain no urut 3, pengamat ini mengatakan tidak ingin negatif thingking. Menurutnya bisa saja sample survei sudah tercemar sehingga hasil survei menjadi bias.

"Saya tidak mau berfikir negatif bahwa yang dilakukan para lembaga itu adalah pengiringan opini, bersikap netral tapi dibelakang terima honor sebagai konsultan paslon, saya tidak mau begitu. Bisa saja sample yang diambil telah tercemar, misalnya survei dilakukan setelah paslon melakukan sosialisasi melekat. Nah, ini bisa membuat hasil menjadi bias," ungkap Kang Tamil.

Dikesempatan yang sama Direktur Eksekutif KPN Adib Miftahul mengatakan bahwa ada paslon tertentu yang mengangap dirinya dan lembaga yang didirikannya merupakan konsultan paslon lain, karena hasil simulasinya mengunggulkan salah satu paslon.

"Saya yakin masing-masing paslon juga sudah tahu (hasil akhirnya). Namun ketika kami merilis hasil simulasi, masih saja ada yang menganggap kami berpihak. Masa mau dibilang ketiganya menang? Memang para aktor politik ini kan sukanya mengedepankan curiga, yang jelas hari ini masyarakat bisa kembali percaya bahwa masih ada lembaga yang kredibel dan bisa dipercaya," urainya.

 

 

Go to top