"Kalau tidak ada perhatian kepada petani di Desa Bunar lebih baik kinerja Dinas Pertanian perlu dievaluasi," kata aktivis LSM asal Sukamurlya, Retno Juarno kepada wartawan, Kamis (15/9/2022).

Retno sangat sedih atas nasib petani yang kesehariannya bekerja disawah, bayangkan selama 4 tahun tidak bisa mencari nafkah, ini tanggung jawab pemerintah, karena tidak bisa memperjuangkan hak - hak petani yang butuh terhadap pemanfaatan air untuk keberlangsungan lahan pertaniannya.

"Kami akan segera menyikapi permasalahan pertanian di desa Bunar, karena anggaran dari pemerintah daerah pasti ada, seperti bantuan pompanisasi," terang Retno.

Retno berharap agar pemerintah desa dalam hal ini Kepala Desa bersama BPD untuk melakukan langkah - langkah, karena desa Bunar sesuai peruntukannya, masih area hijau, artinya masih sebagian besar area pertanian

"Mau bagaimana lagi coba, mau di bikin perumahan tidak bisa, karena harus merubah tata ruangnya," tandasnya.

Sebelumnya diberitakan, Petani Di Desa Bunar sudah 4 tahun tidak bisa menanam padi penyebabnya tidak ada air untuk bercocok tanam, akibatnya sawah di area blok 3 Desa Bunar berubah menjadi hutan, sehingga ada desakan agar Poktan untuk digenti.

Dari informasi yang dihimpun, ada empat kelompok tani (Poktan) yang ada di desa Bunar, dua yang masih aktif, dan dia kelompok tani (Poktan) yang tidak aktif, akibatnya di dua Poktan inilah yang sawahnya tidak ditanam akibat krisis air, dua Poktan yang tidak aktif adalah kelompok tani ( Poktan) Bunar yang diketuai oleh Sudin, dan satu lagi Poktan Sindang Asih 1 yang diketuai Arsadi.

"Ya benar ada dua kelompok tani yang tidak aktif, Poktan Sindang Asih 1 dan Poktan Bunar, untuk Poktan Panggang dan Poktan Sindang Asih 2 masih aktif," kata Mad Yani Ketua Poktan Sindang Asih 2, saat dihubungi, Kamis (15/9/2022).