Print this page

PON XX Papua Banten Urutan ke 14, Ketua Koni Banten Motivasi Atlet dan Pelatih untuk Terus Semangat

Ketua KONI Banten Rumiah Kartoredjo (tengah) saat mengunjungi dan menyemangati para atlet Banten Ketua KONI Banten Rumiah Kartoredjo (tengah) saat mengunjungi dan menyemangati para atlet Banten

Detakbanten.com SERANG - Hasil yang dicapai Kontingen Banten di PON XX Papua dinilai bukan sebagai kegagalan. Kontingen Banten diyakini hanya kurang beruntung di Bumi Cenderawasih.

Hal itu dikatakan Ketua Umum KONI Banten, Rumiah Kartoredjo, menyikapi raihan 10 emas, 15 perak dan 26 perunggu serta bercokol di posisi 14 klasemen akhir perolehan medali. 

Menurut Rumiah, apa yang diperoleh Kontingen Banten di Papua tak jauh berbeda dengan hasil di PON 2016 Jawa Barat. Dilihat dari klasemen, kata dia, Banten hanya turun 1 strip, dari posisi 13 ke urutan 14. Sedangkan dari raihan emas, Banten hanya kehilangan 1 emas, dari 11 keping menjadi 10 keping. 

"Sementara, perunggu kita tetap jumlahnya. Yang justru melonjak tinggi adalah raihan perak, dari 10 di Jabar menjadi 15 di Papua. Sesungguhnya dari perak-perak inilah yang kurang beruntung menjadi emas," kata Rumiah kepada awak media, Minggu (17/10/2021).

Lanjut Rumiah, kurang beruntungnya beberapa atlet Banten yang meraih perak bisa dilihat dari cabang olahraga panjat tebing, binaraga dan judo. 

Atlet panjat tebing putri Banten, Rajiah Salsabilla terpeleset saat tampil di final kontra atlet Bali. Padahal Rajiah, sambungnya, sudah memimpin dan dipastikan juara karena sempat memecahkan rekor nasional di babak semifinal nomor Speed World Record itu. 

"Hanya sayang, kaki kanannya salah pijak. Rajiah pun harus puas dengan perak," jelasnya.

Contoh lain, masih kata Rumiah, adalah binaragawan Banten Tjie Rachmad Wijaya yang harus puas dengan perak klas +85kg. Ofisial Banten dan beberapa provinsi lainnya melakukan aksi protes karena peraih emas dari Aceh berat badannya di bawah 85kg.

"Terbukti berat badan atlet Aceh tak memenuhi syarat sempat viral. Sayang, semua bukti dan protes yang diajukan dimentahkan dewan hakim," ucapnya.

Lalu ada pejudo Banten Amanah Istiqomah, kata Rumiah, di klas 52kg yang harus takluk dari lawannya Maryam Maharani dari DKI Jakarta akibat cedera lutut paska operasi. Padahal, Amanah kerap unggul dari Maryam sejak bertemu di kategori pelajar. 

"Faktor-faktor non teknis inilah yang saya maksud dengan istilah kurang beruntung bagi atlet-atlet kita. Saya sedih kalau lihat perjuangan mereka harus kandas karena hal-hal seperti itu, " tutur purnawirawan Polri berusia 69 tahun ini. 

Namun demikian, Rumiah mengakui, tetap angkat topi dan menghargai semua jerih payah dan perjuangan para atlet Banten untuk mengejar prestasi terbaik mereka. Ia juga berharap, para atlet dan pelatih harus tetap semangat menatap masa depan.

Dikarenakan, sambungnya, Banten masih memerlukan mereka di multi event selanjutnya, yaitu PON XXI di Aceh dan Sumut tahun 2022.

"Atlet, pelatih dan ofisial harus optimis bahwa kelak cita-cita masuk jajaran elit olahraga nasional pasti akan tercapai oleh atlet-atlet Banten. Saya juga mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada semua atlet, pelatih dan ofisial yang telah berjuang dengan maksimal. Saya juga mohon maaf bila selama ini belum bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan kalian, " pungkas Rumiah yang akan mengakhiri jabatannya akhir 2021 ini.

Seperti diketahui, awalnya Banten ditarget masuk jajaran 10 besar oleh Gubernur dan Wakil Gubernur Banten. Banten diharapkan mampu memperbaiki posisi dari urutan 13 di PON XIX Jawa Barat 2016 dan masuk posisi elit 10 besar di PON XX Papua 2021.

Menurut catatan redaksi, Pemprov Banten menganggarkan dana sebesar Rp 23,4 miliar untuk kebutuhan berlaga di PON XX Papua. Sementara saat berlaga di PON XIX Jawa Barat, para atlet dibiayai Rp 75 miliar dari APBD Banten. (Aden)