Print this page

Akibat Covid-19, Pengrajin Tropi dari Timah di Desa Sarakan Gulung Tikar

Akibat Covid-19, Pengrajin Tropi dari Timah di Desa Sarakan Gulung Tikar
detakbanten.com SEPATAN - Pengrajin Tropi dari timah di Desa Sarakan, kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang gulung tikar. Hal itu terjadi sejak wabah pandemi Covid-19 melanda.
 
Adam pelaku pengrajin Tropi dari timah mengatakan, sejak Covid-19 usahanya total gulung tikar, pemesanan tropi hasil karyanya tak ada lagi yang memesan, empat anak buahnya pun ikut menganggur.
 
"Pandemi ini sangat berasa dampaknya, melumpuhkan total usaha kami, karna tak ada lagi orang yang memesan tekstur tropi atau icon hasil karya kami,  dan ke empat anak buah saya pun ikut terdampak tak lagi bisa bekerja," Kata Adam kepada detakbanten.com saat ditemui dirumahnya, Minggu,16/8/2020.
 
Meskipun hasil karyanya kebanyakan dari kalangan nasional yang memesannya, namun usahanya yang dirintis sejak tahun 1986 belum mendapatkan sorotan ataupun bantuan dari pihak mana pun.
 
"Sebelum Covid-19 banyak yang datang untuk memesan Tropi berbagai tekstur icon buatan kami. Kebanyakan yang datang kepada kami dari kalangan pengusaha untuk event-event nasional, seperti membuat tropi panasonic, tropi piala AFF word,  ya,! buat acara - acara di TV , semacam tropi SCTV award pun pernah memesan disini pembuatannya, Bahkan, saya juga pernah menerima pemesanan tropi icon Gatra yang kabarnya untuk event pa presiden Joko widodo," Jelas adam
 
Lanjut kata Adam, awalnya usaha pengrajinnya itu hanya membuat Souvenir-souvenir kecil yang terbuat dari timah, lambat laun pemesanan souvenir berkurang , mengingat banyak souvenir yang terbuat dari bahan lain yang tak kalah menarik.
 
"Dari nol proses pembuatan tropi dengan tekstur icon yang berbeda, proses pembuatannya disini, bersama empat anak buah saya yang membantu,"Ujarnya
 
Adam menjelaskan, keahlian membuat tropi dari bahan timah menggunakan alat tradisional atau manual, dalam proses pembuatannya membutuhkan ke uletan dan kesabaran. 
 
Keahlian yang dimilikinya itu didapat dari seorang yang mengajarkan kepadanya , namun saat ini seorang yang mengajarkan keahlian kepadanya sudah tidak ada.
 
"Keahlian yang saya dapat ini dari seorang yang sudah saya anggap orangtua, namun beliau saat ini sudah almarhum yaitu bapak muasim, saya satu satunya orang yang bertahan dan terus menjaga keterampilan ini, hampir 25 tahun saya belajar mandiri mengembangkan keterampilan ini," Terangnya
 
Dari hasil karyanya, ia mengakui mendapatkan upah dari seseorang yang memesan Tropi buatannya. 
 
"Saya dapat upah perkilo 150 Ribu dari orang yang memesan Tropi kepada saya,"imbuhnya
 
Adam berharap usaha pengrajin pembuatan tropi dari timah agar diperhatikan. Menurutnya pengrajin sepertinya sangat langka. Dan ia juga berharap pemerintah agar melirik karyanya dan bisa membantu usahanya bangkit kembali.
 
"Sejak 25 tahun jalan ,saya belum pernah mendapatkan bantuan , jika ada yang membantu dan mendukung usaha saya ,saya sangat bersyukur sekali emang itu yang saya harapkan." pungkasnya.