Zamzam (21), pejalan kaki yang lebih memilih menyeberang lewat trotoar daripada menggunakan JPO. Menurutnya, JPO ini tidak efesien letaknya. Selain itu, kondisi atap yang rusak menambah kesan mengerikan saat melintas.
Seharusnya, kata dia, JPO yang dibangun 2011 ini digunakan sebagai perlindungan bagi pejalan kaki yang menyeberang menyusul ramainya lalu lintas di Jalan Ir H Juanda, bukan menambah kesan menakutkan. Karena kondisi atap JPO yang rusak.
"Saya jadi takut kalo lewat jembatan. Ngeri ketiban atap, makanya lebih milih nyebrang lewat trotoar aja" ujar Zamzam, Kamis (13/3).
Lanjutnya, saat ini belum ada tindakan apapun dari pemkot maupun masyarakat sekitar untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan akibat kondisi atap rusak. (sah)