Benyamin Sebut Kearifan Lokal Sebagai Khasanah Pemersatu Bangsa

Walikota Airin Rachmi Diany saat beraksi di festival Lenong Betawi yang di gelar LBB Tangsel benerapa waktu lalu. (Foto.dok/dt) Walikota Airin Rachmi Diany saat beraksi di festival Lenong Betawi yang di gelar LBB Tangsel benerapa waktu lalu. (Foto.dok/dt)
detakbanten.com CIPUTAT--Kota Tangsel menjadi salah satu kota yang cukup heterogen di Provinsi Banten. Kota dengan tujuh kecamatan tersebut, kini berisi seabrek etnis dari seantero tanah air. Betawi, Jawa, Sunda, Tionghoa, Batak, Makasar, Madura dan puluhan etnis lainnya, tumpah ruah di kota hasil pemekaran dari kabupaten tersebut.
 
Lantaran di isi beragam etnis, beragam kebudayaan pun semakin tumbuh dan berkembang di lakoni oleh masing-masing masyarakatnya. Hal itu dapat di lihat dari berbagai pertunjukan kebudayaan baik yang digelar Pemkot Tangsel maupun pertunjukan budaya yang dilakukan oleh masing-masing etnis di Kota Tangsel.
 
"Beragam budaya dari masing-masing daerah yang dibawa masyarakat, tentu semakin menambah kearifan lokal yang ada di Tangsel. Dan ini menjadi khasanah pemersatu bangsa," ungkap Wakil Walikota Tangsel, Benyamin Davnie, Rabu (5/2/2020).
 
Menurut Benyamin, untuk melestarikan semua kebudayaan, Pemkot Tangsel sendiri menganjurkan agar setiap apel peringatan hari-hari besar bersejarah, semua pegawai diwajibkan memakai busana daerah sebagai tradisi yang harus di kembangkan.
 
"Setiap tahun itu, kita menggelar kegiatan-kegiatan yang bernuansa kebudayaan. Seperti apel hari Sumpah Pemuda dan HUT Tangsel lalu, semua kepala dinas memakai baju khas daerah. Saya dan walikota juga memakai busana khas daerah," ungkapnya.
 
Tak berhenti sampai disitu, Benyamin sebutkan, dalam mempopulerkan kebudayaan lokal, seperti budaya khas etnis Betawi Tangsel yakni seni silat Palang Pintu yang sudah menjadi tradisi dalam menyambut tamu, saat ini terus di kembangkan. Begitupun dengan pertunjukan Lenong Betawi, kini mulai rutin di gelar setiap tahunnya oleh salah satu lembaga budaya yang ada di Tangsel.
 
"Bahkan kita juga menciptakan tarian Lenggang Anggrek sebagai budaya lokal, karena memang kita ingin budaya lokal bisa di kenal tak hanya nasional tapi internasional," kata Benyamin menjelaskan.
 
Tak hanya mengangkat seni budaya etnis Betawi, Pemkot, Benyamin sebutkan, juga memfasilitasi kebudayaan-kebudayaan yang dimiliki etnis lainnya. Seperti seni dan budaya masyarakat Batak, reog Ponorogo, pertunjukan wayang kulit semalam suntuk serta mewadahi kebudayaan Makasar melalui karnaval pakaian adat Makasar.
 
"Kalau reog Ponorogo, itu sering tampil di kegiatan MTQ mulai tingkat kecamatan, kota hingga tingkat provinsi. Masyarakat Tangsel sudah tak asking lagi dengan budaya reog ini. Makanannya juga begitu, kita setiap HUT Tangsel, selalu menggelar festival kuliner nusantara," bebernya.
 
Sementara itu, Ketua Lembaga Budaya Betawi (LBB) Kota Tangsel, Abdul Karim mengatakan, peran pemerintah daerah dalam mengangkat budaya lokal, mulai dari festival Lenong Betawi, festival budaya Batak, festival Kampung Jawa dan sebagainya, saat ini sudah maksimal.
 
"Menurut saya sudah cukup maksimal, tinggal bagaimana para pelaku seni budaya itu sendiri untuk melakukan terobosan baru mengangkat budayanya masing-masing," ujar Abdul Karim.
 
Dia juga kemukakan, dengan adanya terobosan-terobosan baru di bidang seni budaya yang dilakukan para pelaku budaya, maka di pastikan Kota Tangsel menjadi barometernya perkembangan kebudayaan dari masing-masing daerah di tanah air.
 
"Kami meyakini seperti itu, Tangsel akan menjadi barometernya perkembangan budaya di tanah air. Karena kan berbagai etnis lengkap dengan budayanya ada di sini," tandasnya. (ADV)
 

 

 

Go to top