Print this page

Tradisi Wong Banten Sesudah Lebaran, Gunung Santri Dipenuhi Penziarah

Tradisi Wong Banten Sesudah Lebaran, Gunung Santri Dipenuhi Penziarah

detakbanten.com, SERANG - Setelah menjalankan ibadah sholat Idul Fitri 1440 Hijriah, tradisi lebaran masyarakat Banten yaitu melakukan ziarah ke makam tokoh ulama. Seperti salah satunya, di makam Syekh Muhammad Soleh yang terletak di Kampung Gunung Santri, Kelurahan Bojonegara, Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang, ramai dikunjungi, Senin(10/6).

Ribuan masyarakat dari berbagai daerah di Banten, telah memadati jalan setapak menuju makam Syekh Muhammad Sholeh yang terletak di atas Gunung Santri dengan ketinggian 600 Meter.

Memang untuk menuju keatas Gunung Santri harus berjalan selama 30 menit, dengan melewati antrian yang lumayan panjang. Tidak hanya itu, penziarah pun harus menyediakan uang receh untuk berbagi sedikit sedekah. Karena melewati sebanyak 32 Kotak Amal, dalam 5 langkah menuju tempat ziarah makam Syekh Muhammad Sholeh.

Tradisi inipun memang diakui oleh salah satu penziarah asal Tanara, Kabupaten Serang, Sri Mulyani yang berusia sekitar 38 tahun. "Ini memang sudah rutin dilakukan pada setiap tahun setelah Lebaran mas. Bisa dibilang Tradisi Ala wong Banten sesudah Lebaran," ungkapnya saat di temui di tengah perjalanan menuju keatas Gunung Santri.

Bahkan moment tersebut juga, dimanfaatkan oleh ratusan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjejer di sepanjang jalan menuju keatas Gunung Santri. "Lumayan saja mas, kalau moment lebaran ini penghasilan kita menjadi Rp 600 Ribu dalam sehari," ujar pemilik Warung Kopi (Warkop) Lelah, yang berada diatas Gunung Santri.

Lelah juga mengatakan, ramainya pengunjung disini semenjak dari H+1 setelah Lebaran di hari Kamis 7 Juni 2019. "Kalau hari biasanya sepi penziarah. Bahkan saya tidak jualan," jelasnya.

Di tempat berbeda, pengelola penziarah Gunung Santri, Ketua RW 06, Badurahman menjelaskan, bahwa penziarah yang telah datang ke Gunung Santri dari H+1 hingga H+4 telah mencapai 1.000 orang yang berkunjung. Ia pun mengaku, memang puncak ramai pengunjung pada Idul Fitri dan Maulid Nabi.

"Kalau hari-hari biasa mah memang sepi, dan ini karena memang sedang ada tradisi sesudah Lebaran. Bahkan dari pagi, siang, sore sampai malam pengunjung tetaplah ramai, tanpa henti," jelasnya.

Lanjut Badurahman, untuk makam yang terdapat di atas Gunung Santri, terdalat 3 makam tokoh ulama Banten. Salah satunya, Syekh Muhammad Sholeh bin Abdurrahman. "Beliau adalah seorang ulama penyebar agama Islam di Kawasan Pantai Utara Banten, yang merupakan santri dari Sunan Ampel," tandasnya.

Seperti diketahui, berdasarkan informasi dari masyarakat sekitar mengenai cerita singkat Syekh Muhammad Sholeh yang pada kala itu adalah penyiar agama islam di Banten, melawan kekuasaan Kerajaan Pajajaran dipimpin oleh Prabu Pucuk Ulum dengan pusat pemerintahannya berada di Banten Girang. 

Akhirnya Syekh Muhammad Sholeh pun bertemu Maulana Hasanudin di Gunung Lempuyang dekat Kampung Merapit, Desa Ukir Sari, Kecamatan Bojonegara. Setelah bertemu, Maulana Hasanudin menolak untuk segera kembali ke Cirebon karena merasa terpanggil untuk mengislamkan tatar Banten yang masih banyak memeluk Agama Hindu. 

Syekh Muhammad Sholeh pun akhirnya menetap di Gunung Santri yang merupakan salah satu bukit dan nama kampung di Desa Bojonegara, Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang. Lalu dirinya pun mulai berdakwah menemani Sultan Hasanuddin.

Maulana Hasanudin pun kemudian mengangkat Syekh Muhammad Sholeh untuk menjadi pengawal sekaligus penasehat dengan julukan “Cili Kored” karena berhasil dengan pertanian dengan mengelola sawah untuk hidup sehari-hari dengan julukan sawah si derup yang berada di Blok Beji.