Dalam keterangan dikutip dari Reuters, Malpass ikut memperingatkan bahwa peningkatan beban tersebut berpotensi mendorong risiko gagal bayar (default).
“Dua pertiga dari beban utang ini sekarang berutang ke China. Lalu, memberikan beberapa rincian laporan statistik utang tahunan pemberi pinjaman pembangunan yang akan dirilis minggu depan,” kata David Malpas.
Di satu sisi, David juga khawatir soal proses gagal bayar. "Saya khawatir soal proses gagal bayar yang tidak teratur. Tidak ada sistem yang benar-benar mengatasi utang untuk negara-negara miskin," tukasnya.