Print this page

Pemprov Banten Hadiri Seren Tahun Cisungsang

Pemprov Banten Hadiri Seren Tahun Cisungsang

detakbanten.com LEBAK – Gubernur Banten Rano Karno beserta jajaran pejabat Pemprov Banten dan ribuan warga Lebak menghadiri acara seren tahun Sisungsang yang digelar sejak Sabtu(5/09/2015) hingga Minggu (06/09/2015)di Kabupaten Lebak. Acara seren taun tersebut tampak sangat meriah.

Seluruh pejabat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten dan Pemerintah Kabupaten(Pemkab) Lebak beserta masyarakat yang hadir, disambut dengan berbagai tarian daerah seperti Tari Jaipong, dangdut, ubrug, dan rege pada Sabtu (05/09/2015).

Kemudian, Minggu (06/09/2015) jelang perayaan puncak seren taun, ribuan warga yang hadir juga masih dihibur dengan Tarian Lesung dan alunan gamelan. para sesepuh dan seniman yang berpakaian serba hitam menggunakan ikat kepala, telah memainkan alat-alat gamelan berikut kecapi menyusun irama khas nusantara.

Musik tradisional tersebut, rupanya masih mempunyai daya magnet tinggi untuk menarik masyarakat. Pasalnya selang beberapa menit saja, area Imah Gede (rumah adat) sudah dipenuhi masyarakat dan wisatawan.

Salah seorang warga, Endi mengaku sangat senang dengan acara seren taun yang rutin diadakan setiap tahunnya,sebagai salah satu tradisi dalammengucapkan rasa syukur atas hasil panen yang berlimpah.

"Ini merupakan ucapan rasa syukur kami,selain itu, acara ini bisa jadi tontonan yang menarik bagi siapapun," katanya, Minggu (06/09/15).

Diketahui, acara seren Taun (Serah Taun) merupakan salah satu ritual yang dilakukan oleh Masyarakat Kasepuhan Cisungsang yang berada di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Ritual ini merupakan ungkapan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa setelah panen padi dilaksanakan.

Ritual ini juga merupakan ajang silaturahmi antara anggota masyarakat kasepuhan dengan Ketua Adat, di mana masyarakat Kasepuhan melaporkan kegiatan selama setahun kepada Kepala Adat (ABAH). Seren Taun melibatkan seluruh masyarakat Kasepuhan yang dipimpin oleh Kepala Adat (Abah).

Ritual Adat Seren Taun juga merupakan puncak siklus dari Tradisi Masyarakat Kasepuhan Cisungsang dalam proses pengolahan, menanam, memelihara, menyimpan dan menghargai Padi (dalam kepercayaan Masyarakat Kasepuhan Cisungsang, Padi diposisikan sebagai Dewi Sri).