Print this page

Rekrutmen Politik Demokrat Harus Diubah

Rekrutmen Politik Demokrat Harus Diubah

JAKARTA-Partai Demokrat (PD) harus berani melakukan perubahan besar terkait pola rekrutmen kader. Alasannya, saat ini banyak kader PD yang disebut-sebut terlibat korupsi.

 “Saya rasa ada yang salah dengan pola rekruitmen yang dilakukan SBY sehingga banyak sekali orang-orang dekatnya, disebut-sebut dalam persidangan kasus-kasus korupsi,” kata  pengamat politik FISIP UI, Arbi Sanit di Jakarta, Rabu,(4/12).

Menurut Arbi, sebagai Ketua umum PD, SBY harus berani mengkoreksi pola rekruitmennya tersebut jika tidak ingin pemerintahannya maupun partai yang didirikannya hancur.
 ”Kalau tidak mau terus diseret-seret dalam berbagai kasus, SBY  harus membersihkan orang-orang sekitarnya,” tegasnya
Lebih jauh Dosen Ilmu politik ini memberikan contoh, dulu Jero Wacik berani minta Anas Urbaningrum untuk mundur dari Ketua Umum. Padahal saat itu belum ada keputusan KPK, soal  penetapan tersangka terhadap Anas. “Nah, sekarang mestinya Jero juga konsisten untuk mundur,” ucapnya.

Dikatakan Arbi, kalau Jero Wacik tidak mundur,  maka hal itu tidak ada bedanya dengan politisi lainnya juga sama-sama berteriak maling. ”Yah jangan maling teriak maling dong, kalau orang lain disuruh mundur tapi diri sendiri bertahan,” imbuhnya.

Sementara itu, Pengamat Politik LIPI,  Siti Zuhro menyarankan PD sebaiknya mencari formula untuk membangun trust building atau rasa percaya masyarakat, misalnya mengedepankan budaya malu dan mundur. ”Ini diperlukan agar demokrasi ternyata bisa berdampak positif terhadap transparansi dan akuntabilitas,” terangnya.

Diakui Guru Besar riset ini, banyaknya  kader partai yang terlibat kasus korupsi harusnya dijadikan pelajaran. “Seharusnya tidak perlu jadi tersangka dulu, kader yang bermasalah harus tahu diri, apa yang harus dilakukannya,” jelasnya.

Kader-kader partai, menurut Siti,  harus sadar  mereka sedang mempertaruhkan kredibiliasnya didepan publik. Mestinya, harus meningkatkan rasa percaya masyarakat apalagi menjelang pemilu seperti ini. “Sekarang ini semua partai sedang mengalami sakit perut, harusnya mereka sadar untuk mengatasi wabah sakit perut itu,” tukasnya.

Sayangnya, kata Siti,  meski semua partai sedang alami sakit perut, partai-partai malah sibuk berdandan dengan ginju. “Muka partai politik saat ini sudah pucat karena sakit perut, jadi harus diobati biar mukanya segar kembali dan sakit perutnya hilang, bukan sekedar berdandan dengan gincu,” tandasnya.**cea