Print this page

Facebook Ikut Berpolitik Ria

Facebook Ikut Berpolitik Ria

detaktangsel.com- EDITORIAL, Pemilihan umum presiden (pilpres) 2014 belum dimulai, gemuruhnya merasuk ke dunia maya. Perdebatan bernada pepesan kosong makin intensif, dari pagi hingga pagi.


Status demi status saling menindih. Nadanya seru banget. Ada yang bersifat menghujat, menghina, dzolimi, provokatif, serta mengancam. Lebih dominan bersifat propaganda maupun agitasi.


Relawan Jokowi Presiden, PDI Perjuangan, Diskusi/Debat Calon Presiden, dan Forum Pendidikan Politik Bangsa. Itulah nama grup yang bertengger di facebook, panggung politik dunia maya.


Tidak disangka, sejumlah anak bangsa tampil bak pengamat politik. Mereka menganalis, membedah, dan merajut pandangan atau pemikiran melalui status masing-masing. Isinya ya soal capres jagoannya.


Lewat statusnya, para komunitas dunia maya itu suka-suka berceloteh. Ada sekadar ngawur berceloteh, ada pula yang serius, dan lebih banyak hanya iseng. Tidak heran pemikiran mereka makin sulit ditelaan secara logika. Juga sulit dijadikan kesimpulan. Maklum, panggung politik dunia maya ini akhirnya hanya menjadi limbah sampah kebencian semata.


Panggung politik dunia maya ini cenderung menyiratkan unek-unek hati, sehingga terabaikan pesan yang mencerdaskan. Mungkin juga ruang dunia maya dijadikan panggung demokrasi. Seolah mereka bebas mengeluarkan pendapat zonder memikirkan lagi nilai-nilai keilmuan maupun kecendekiaan. Akibatnya, ya jelas, ngacoh cara menyampaikan pendapatnya.


Lebih terstruktur dan terorganisir ketika 'selebaran gelap' beredar di tengah-tengah masyarakat. Isu-isu yang diusung pun merangsang pikiran untuk membongkar permasalahan yang mencuat di permukaan umum.


Tidak demikian dengan status yang menghiasi dinding-dinding di facebook. Sungguh menakjudkan atau membodohkan pengiat facebook.

Semula hanya untuk mengisi kekosongan maupun kejenuhan lantaran kesibukan sehari-hari, kini malah serius membahas masalah kenegaraan dan kepemimpinan nasional.


Layaknya tim sukses (timses)-lah, kira-kira begitu. Mereka mempertahankan argumentasinya masing-masing. Tidak peduli, apakah pendapatmnya benar atau ngawur. Rata-rata pengiat halaman Relawan Jokowi Presiden, PDI Perjuangan, Forum Pendidikan Politik Bangsa, dan Diskusi/Debat Calon Presiden berceloteh sekehendaknya.

Sungguh miris, juga menghawatirkan bila membaca alur politik para pengiat halaman tersebut. Nyaris tidak ada pengiat membikin status yang memberikan pendidikan politik, pencerdasan sekaligus pencerahan tentang pilpres. Semua statusnya sama tapi tidak serupa. Menghujat, fitnah, proganda, agitasi, serta caci-maki.


Sayang seribu sayang. Panggung politik atau demokrasi sedemikian rupa disalahmanfaatkan. Apa tidak sadar ocehan dan celotehan 'murahan' itu dibaca seantero dunia. Apa tidak malu 'kebobrokan' penghuni dalam negeri diceploskan ke seluruh dunia.


Bila para pengiat halaman di facebook itu cerdas, tidak mungkin memaparkan 'kebobrokan' dalam negeri ke mancanegara. Kumbo Karno, dalam dunia perwayangan adalah sosok raksasa. Ia berada di kubu Kurawa sekaligus adik kandung Dasamuka.


Biar buruk muka dan asal negeri bejat, Kumbo Karno menentang keras bila ada pihak lain menjelek-jelekkan dan mendiskreditkan bangsa dan negaranya. Nyawa jadi taruhannya untuk membela kepentingan negara dan bangsanya. Dalam dirinya tertanam ' Right or wrong is my country'.


Tidak ada rakyat negara Kurawa terang-terangan maupun bersembunyi untuk menyebarkan keburukan calon pemimpin di negerinya. Sikap mereka bukan berarti napas demokrasi dicekik Kumbo Karno atau Raja Dasamuka.


Beda dengan di negeri ini. Sebagian rakyatnya suka mendiskreditkan sosok calon pemimpinnya. Padahal siapa pun yang terpilih jadi presiden, dia adalah pemimpin bangsa kita. Apakah dia berasal dari Partai Golkar, Demokrat, PDI Perjuangan, Gerindra dan sebagainya.


Sungguh sangat naif. Satu sisi suka mendiskreditkan pihak lain. Di sisi lain, sadarkan bahwa kita juga banyak kekurangan. Kurang makan, kurang tidur, kurang beribadah, dan miskin hati. Berilah para calon pemimpin itu ruang dan waktu untuk membawa bangsa dan negara Indonesia ke masa depan yang sejahtera, berkeadilan, dan lebih demokratis. (red)