Pengangguran Banten Kedua Terbawah

Pengangguran Banten Kedua Terbawah

detakserang.com- CILEGON - Para mahasiswa tidak bisa banyak berkata setelah menyaksikan slide pengangguran di Banten menempati posisi kedua se-Indonesia. Kabar buruk dan nyata ini bagian dari materi program kegiatan penunjang kuliah umum LP3i Kota Cilegon di Satsuri Room, Hotel Sari Kuring, Kota Cilegon.

Data yang dilangsir dari BPS ini secara gamblang menempatkan Banten menjadi provinsi kedua paling tinggi mencetak pengangguran dari 33 provinsi di Indonesia. Hal itu terungkap dalam kegiatan perkuliahaan penunjang mahasiswa LP3i Kota Cilegon bertajuk 'Soft Skill Creat New Generations Characterized of Enterpreneurship'.

"Ini data pengangguran di Indonesia, Banten berada di posisi ke-32 dari 33 provinsi di Indonesia. Sementara tingkat pengangguran terendah adalah Provinsi Bali," ungkap Heldi Agustian di depan ratusan mahasiswa jurusan Office Manajement dan Bussines Administration saat menjadi Pemateri kegiatan tersebut, Sabtu (19/4).

Heldi adalah pengusaha sukses yang juga menjabat sebagai Branch Manager PT Tunas Toyota Kota Cilegon. Ia mengajarkan para mahasiswa untuk tidak perlu takut dan khawatir terhadap hal tersebut.

Ia mencontohkan bahwa Provinsi Bali dapat menjadi provinsi dengan tingkat pengangguran terendah. Karena basic yang dimiliki masyarakatnya ditunjang skill dan jiwa kreatif yang tinggi.

"Bali bisa maju karena apa? Bali maju karena SDM-nya punya kreatif tinggi dan benilai jiwa seni yang tinggi. Jadi adik-adik mahasiswa tidak perlu takut dan khawatir membangun jiwa berwirausaha sejak dini," tandas 'Sang Motivator Unggul' di Kota Cilegon ini.

Ia mengatakan, kekakuan yang dialami masyarakat saat ini karena pondisi pendidikan yang masih banyak membantasi seseorang untuk berkrearivitas. Penggambaran masa pendidikan yang ia emban masih tetap sama dengan masa pada saat para mahasiwa saat menginjak pendidikan tingkat dasar.

"Saya mau tanya. Zaman saya waktu SD kalau menggambar, gunungnya masih dua. Kalau adik-adik masih sama juga kan. Terus di tengah gunung juga masih sama kan ada matahari. Lalu, di bawah gunung ada jalan dan sawah. Kalau itu masih sama dari zaman saya dan adik-adik mahasiswa, maka artinya kita tidak bisa menggambar sesuai apa yang kita mau. Kita terus terkungkung dengan pendidikan yang stagnan," ujarnya.

Heldi yang juga menggeluti puluhan bentuk dinia usaha di Kota Cilegon. BM Toyota yang juga menjadi pemilik usaha Batik Krakatoa ini berharap dari pengajaran ini, sedikitnya dapat mengubah seseorang untuk membangun kreativitas tanpa ada pembatasan apapun. Bahkan, selalu optimis mencapai cita-cita yang diemban para mahasiswa.

"Saya harap ada perubahan. Bagaimana mau berkembang kalau contoh pelajaran menggambar saja pola dari dulu sampai sekarang masih sama. Kondisi ini harus kita ubah. Jiwa enterprenuer tidak bisa maju sukses, kalau kita tidak kreatif," tambahnya.

Sementara itu, Puput Puspito Rini, Dosen LP3i Enterprenuer dan Bahasa Inggris ini mengatakan, materi yang disampaikan pengajar ini dapat membuka niat mahasiswa untuk memilih jiwa berwirausaha ketimbang hanya mengandalkan lapangan kerja yang terbatas.

"Kehadiran Bapak Heldi, mengajarkan ke mahasiswa agar jangan hanya jadi karyawan saja. Tapi dapat berpikir kreatif dan inovatif. Dibentuk mahasiswa yang mandiri, ia saat ini punya batik. Bahkan, itu usaha sendiri. Tapi di situ kita bisa belajar bahwa selain bekerja sebagai sales, juga ia dapat berusaha menciptakan pekerjaan bagi orang lain dengan membuka batik," tandasnya.

Pada kesempatan itu, Sev Rahmianti mengatakan, data pengangguran yang disampaikan dalam materi tersebut tidak menciutkan semangat para mahasiswa. Justru ia menilai penggambaran tersebut dapat memacu mahasiswa untuk lebih keluar dari keadaan tersebut.

"Mahasiswa harus terpacu. Modal bukan usaha bukan menjadi kendala untuk seseorang membuka suatu usaha. Tapi 'goodwill' menjadi modal dasar yang harus dimiliki mahasiswa saat ini utk berusaha," katanya.

Menurutnya, bukanlah hal mudah untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi seseorang ketimbang menjadi pekerja di suatu perusahaan. Bila ditanam jiwa berwirausaha sejak awal, ia yakin pengangguran akan dapat diminimalisir.

"Memang tidak mudah. Semua butuh usaha dan kerja keras. Tapi dari LP3i dengan teorikal 80 persen dan praktik 20 persen, itu sudah buktikan kita mau membuat satu perubahan untuk berwira usaha. Contohnya sudah ada, Epri pengusaha muda dari kami yang menciptakan lapangan pekerjaan untuk orang lain, sekarang sudah sukses. Ini yang kita mau, meciptakan pengusaha muda lebih berkreatif dan inovatif," pungkasnya.

 

 

Go to top