Aparat Polisi Hadapi Tekanan Berat Amankan Pemilu

Awak media tengah mewawancarai Kapolres Cilegon, AKBP Defrian Donimando di Mapolres terkait beredarnya isu lelucon antara bawahan dan atasan di media sosial BBM mengenai kasus polisi tembak polisi, Kamis (20/3). Awak media tengah mewawancarai Kapolres Cilegon, AKBP Defrian Donimando di Mapolres terkait beredarnya isu lelucon antara bawahan dan atasan di media sosial BBM mengenai kasus polisi tembak polisi, Kamis (20/3).

detakbanten.com- CILEGON, Kasus penembakan polisi yang dilakukan oknum Brigadir terhadap atasannya, AKBP Pramudji hingga tewas menjadi pukulan berat bagi korps kepolisian. Bilamana di tahun-tahun sebelumnya muncul tren aksi penembakan misterius terhadap polisi, kini yang terjadi adalah polisi menembak polisi. Parah lagi kasus polisi tembak polisi ini menjadi polemik baru dan konsumsi publik. Terbukti beredar isu lelucon di media sosial BBM antara atasan dan bawahan yang terjadi kepolisian Cilegon.

Hal ini ditanggapi serius AKBP Kapolres Cilegon Defrian Donimando saat dijumpai wartawan usai menggelar rapat harian penyelenggaraan pemilu di Mapolres Cilegon, Kamis (20/3).

"Sebagai pimpinan, kasus seperti ini tidak menjadi wacana bercandaan antara atasan dan bawahan. Saya berharap tidak terjadi demikian. saat ini kita sedang dalam menjalankan tugas yang berat yakni pengamanan pemilu. Tugas yang kita emban ini menjadi tugas yang cukup tinggi dan sangat menguras tenaga maupun pikiran.

Kami harapkan anggota yang di lapangan, bilamana kita lakukan teguran dapat diterima dengan baik supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan," tandasnya.

Sebelumnya, kata Defrian, Kapolda telah mengistruksikan terkait adanya kasus polisi tembak polisi agar kepemilikan senjata api lebih selektif lagi. Tentu kepemilikannya tidak serta mudah memiliki senpi tanpa melalui prosedur yang ditetapkan.

"Kita sudah mendapat instruksi Kapolda untuk lebih selektif lagi untuk memberikan senjata api kepada anggota. Kapolda menekankan agar kepemilikan senjata api bukan hanya tes psikologi, melainkan juga harus melalui tes kejiwaan anggota yang ketat," ujarnya.

Defrian mengatakan, selama ini hubungan kerja antara atasan dan bawahan sudah ditetapkan dalam peraturan kepolisian. Hubungan yang baik akan terjalin bilamana ada kerja sama yang baik antara pimpinan dan bawahan dalam memenuhi tugas dan tanggung jawab dalam melayani masayarakat.

Ia mengakui, hubungan dengan bawahan lancar-lancar saja saat ini. Hal ini tentu sudah diatur dalam tupoksi masing-masing. Adapun tata kerja kepada bawahan juga sudah diatur.

"Kami minta kepada anggota juga bisa melakukan kewajiban," tambahnya.

Sementara itu, Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengungkapkan, pihaknya sangat menyayangkan kejadian kasus polisi tembak polisi yang menimpa korps kepolisian.

Peristiwa penembakan terhadap AKBP Pamudji hingga tewas oleh seorang Brigadir di Polda Metro Jaya merupakan pukulan bagi korps kepolisian.

Neta menambahkan, kasus ini dapat mengganggu kinerja polisi terlebih saat penyelenggaraan keamanan kampanye pemilu 2014 yang tengah dilangsungkan. Bahkan, mencoreng atau mencederai situasi keamanan yang sangat kondusif setelah tiga hari masa kampanye pemilu 2014.

Ia berharap kasus ini dapat segera dituntaskan agar tidak menimbulkan kejadian yang sama kembali.

Mengingat tugas berat kepolisian mengamankan situasi pemilu, Neta menambahkan, kasus tersebut agar tidak melebar. Karena tugas yang berat dapat memicu anggota tidak terkendali baik di lapangan maupun hubungan antara atasan dan bawahan.

"Kasus ini harus dituntaskan dengan cepat. Jika tidak, dikhawatirkan akan menjadi tren yakni anak buah yang emosional akan dengan gampang menembak atasannya. Para pimpinan Polri harus menyadari belakangan ini cukup banyak polisi yang terkena stres," katanya.

Ia tidak membantah aparat kepolisian mengalami tekanan tugas yang tinggi saat pemilu. Emosional yang tidak terkendali, membuat polisi gampang kalap dan gampang melepaskan tembakan, termasuk kepada rekannya atau atasannya. (BTK)

 

 

Go to top