Print this page

Mahasiswa Ingatkan Pemkot, Lantaran Peristiwa Bersejarah Geger Cilegon Dilupakan 

GMNI Kota Cilegon memperingati sejarah Geger Cilegon Pada tanggal 9 Juli 1888 yang menjadi momentum perlawanan masyarakat Cilegon kepada penjajahan Kolonial. GMNI Kota Cilegon memperingati sejarah Geger Cilegon Pada tanggal 9 Juli 1888 yang menjadi momentum perlawanan masyarakat Cilegon kepada penjajahan Kolonial.
detakbanten.com CILEGON  –  Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kota Cilegon ingatkan pemuda jangan lupa sejarah Geger Cilegon Pada tanggal 9 Juli 1888 yang menjadi momentum perlawanan masyarakat Cilegon kepada penjajahan Kolonial.
 
Ketua DPC GMNI Cilegon Syaihul Ihsan, mengatakan kita sebagai warga Cilegon jangan melupakan sejarah bahwa Geger Cilegon sebagai bukti perlawanan fisik masyarakat Cilegon yang di komandoi tokoh Agama Ki Wasyid dalam menentang kolonialiame.
 
“Kita belajar dari sejarah bahwa dengan kekuatan persatuan dan kesatuan masyarakat Cilegon mampu untuk melawan kolonialis, maka prinsip persatuan di Kota Cilegon khususnya menjelang Pilkada 2020 harus tetap dijaga di alam demokrasi,” ungkapnya, Jumat (10/7).
 
Selain itu, setelah berakhirnya era Kolonialisme dan merdekanya Indonesia kemudian dengan tumbuh suburnya Cilegon hari ini setelah masa lalu dijajah secara fisik kini jangan sampai dijajah non fisik yakni di hantam Ideologi bangsanya, maka berimplikasi menjadi deideologisasi, dengan kata lain kita pemuda yang di hadapkan oleh perang gaya baru yakni asimetris ala Nekolim.
 
“Asimetris berarti perang yang dilakukan melalui ekonomi keungan, budaya serta teknologi informasi dan komunikasi, hari ini mari kita rapatkan kembali barisan untuk mengkampanyekan ideologi bangsa yakni Pancasila,” paparnya.
 
GMNI Kota Cilegon juga mengajak seluruh pemuda mahasiswa untuk mengambil Api sejarah Geger Cilegon bukan mengambil abu nya, nenek moyang kita kata Syaihul, bukan pecundang, hari ini Kota Cilegon sebagai kota industri jangan menjadi penonton di wilayahnya sendiri, GMNI mendorong Pemkot Cilegon untuk serius dalam bekerja karena  ini persoalan keutuhan bersama, Kota Cilegon sebagai Kota Industri jangan ada yang melarat.
 
"Sebagai kota industri kita mendorong kebijakan pemkot harus berorientasi untuk rakyat, jika memang kebijakan tidak berorientasi pada rakyat, senarai kebijakan itu hanya bagian dari reproduksi lokus produksi spasial kapitalisme dengan sentuhan oligarki. Dalam hal ini ada pengaruh dari relasi kuasa dimana ada sebuah logika kekuasaan yang turut melanggengkan perampasan terhadap hak, logika kekuasaan ini memiliki dua sisi yaitu secara teritorial dan kapitalis," tandasnya.
 
Dia berharap, Pemerintah daerah juga serius dalam hal penguatan karakter pemuda, penguatan pemahaman Ideologi Pancasila sebagai antitesis harus ditanamkan karna arus penetrasi Globalisasi terus di salurkan kepada pemudanya, mari kita kuatkan karaktar bangsa.
 
“Kita belajar dari Geger Cilegon bahwa petani mampu melawan dengan senjata konvensionalnya, akan tetapi era Nekolim hari ini kita harus melawan secara ekonomi, Budaya serta penguatan pemahaman teknologi Informasi dengan persatuan dan kesatuan serta Pancasila sebagai bintang penuntun,” ungkapnya.
 
Sementara itu, Ketua Ikatan Mahasiswa Cilegon (IMC), Rizki Putra Sandika mengingtkan agar Pemkot Cilegon memperingati soal Peringatan Peristiwa Geger Cilegon.
 
"Pemerintah kemana?? Dinas terkait??  Kok biasa aja yah. Seharusnya peristiwa bersejarah Geger Cilegon diperingati dan dijadikan simbol perjuangan rakyat," ujarnya.