Print this page

Waduuuuuuh............., Begitu Aja Repot

Waduuuuuuh............., Begitu Aja Repot

detaktangsel.com- CELOTEH, Waduuuuuuh. Kok banyak temen salah apresiasi cerita fiksi soal cinta. seperti di sinetron, banyak alur cerita menuturkan nama dan tempat yang sama.

"Kacian deh cinta lu ditolak." Sepenggal kalimat itu dilontarkan Iri Indragiri. Bak gayung bersambut, Koma Nahkoda pun enggak mau kalah dan ketinggalan. Ia ikut meledek.

"Lu gak kangen?" tanya Koma.

"Jangan ada dendam ya."

Aku bingung. Bertanya-tanya, apa maksudnya Iri Indragiri dan Koma Nahkoda.

Belum hilang rasa bingung. Iznusirih nimbrung. Nanya bak menginterogasi terhadap penjahat.

"Hubunganmu mbek Kitit, piye"? tanya Iznusirih.

Singkat, padat, dan dalam pertanyaan Iznusirih. Aku kelabakan harus bagaimana menjawab.

Jawab ya, salah. Jawab, gak makin salah. Dikira aku nanti pengecut.

Andaikata aku bener cintai Kitit, apa salah. Itu sangat manusiawi. Apa karena Kitit masih punya istri? Enggak ngurus.

Aku memasuki ruang dan waktu yang berkepanjangan. Tanpa AC, juga jendela. Pengap pula udaranya.

Aku berbaring di lantai beralas koran di gubuk Melez. Kutatap langit sambil meraih mimpi. Mimpi tentang kebisuan.

Bunyi jam dinding membuyarkan mimpiku. Aku kaget dan terhentak. Mimpi tentang kebisuan pun sirna.

Berbarengan jam dinding berdentang, Melez nonggol sambil tolak pinggang. Matanya menyoroti seluruh ruang yang pengap ini.

Tak sekadar bingung, aku tambah galau. Apalagi Melez ikut-ikutan mengusik perasaanku tentang Kitit.

"Bener awakmu mencintai. Arek-arek podo cerita?"

"Mboh enggak eruh. Yang pasti, antara rasional dan irasional berpikir tidak ada sekat lagi. Logika berpikir jadi rancu, Lez."

Aku dan Melez diam sejenak. Masing-masing mencaplok pukis Semarang. Wedang jeruk nipis menambah nikmatnya suasana nan bisu.

Melez berdiri, melangkah meninggalkan ruang yang pengap ini. Sambil menyulut rokok kretek kesukaannya, Melez duduk terdiam di teras belakang rumah.

Pandangannya pun kosong. Hatinya bak nyanyian sunyi seorang bisu. Aku tahu Melez juga punya masalah. Namun, Melez cuek.

Aku enggak ambil pusing. Itu urusan Melez. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Sama-sama punya masalah terkait cinta.

"Kurindukan kabar darimu. Kurindukan berita darimu, sayang," gumanku.

"Buram kaca jendela, tak semuram masa lalu. Aku masih menunggu ungkapkan niat baikku........Dirimu tetap putih di hadapanku."

Aku dekati Melez ketika sedang merenung. Melez tampak ogah diajak ngomong. Diam, diam, diam!

Tambah bingung aku. Mau BBM-an ama Sarkawi, pulsa abis. Padahal aku janji, mau kontak.

Suasana kebatinanku serba ruwet. Ini gara-gara Koma Nahkoda posting status di FB. Tak karuan, semua teman pada komentar.

Semestinya, aku tidak ingin terjadi. Karena kadung terkondisikan, aku malah sangat mengharapkan kehadirannya.

Mungkinkah, kehadirannya membuat diriku terentas dari kebisuan. Sebaliknya, batinku tambah runyam.

Namanya perasaan sulit dibendung ketika menggeliat. Siapapun sulit menghentikan dan melawan saat terjadi konspirasi di dalam hati.

"Lez yuk makan di warung Pak Barno."

Melez agak malez beranjak. Pikiran batinnya lagi sumpek. Dan lagi, Melez benar-benar pusing tujuh keliling.

"Yuk.......!"

Udara sore hari tidak bersahabat. Selain kering, juga menyebarkan bau sampah yang menyengat menyusul truk sampah melintas di Jalan Ngaglik.

Aku singgah sebentar ke counter pulsa. Tanpa sengaja, aku melamun. Penjual pulsa pun bengong mengetahui kondisiku.

"Udahlah kun fayakun ae," kata hatiku.