Print this page

Percintaan Politik

Percintaan Politik

detaktangsel.com- SEKETIKA, JHON Tato namanya. Selain mudah bergaul, ternyata masih keturunan ningrat. Enggak sombong, tidak mau kompromis terhadap hal-hal berbau korupsi.


Ia kecil dan besar di lingkungan keraton. Namun, Jhon selalu merahasiakan asal-usulnya dari keraton mana. Saben hari kerjaan Jhon hanya nongkrong bersama teman-temannya.


Meski namanya serem, hatinya lembut dan santun cara berbicaranya. Tidak pernah ngomong kasar, juga kotor.


Nama sebenarnya adalah KPH Djoko Purnomo. Gara-gara ada tato gambar Che, kebanyakan warga anggapnya preman. Nama Jhon disandang untuk merahasiakan identitas aslinya.


"Mas Jhon kok sendirian sih."


"Temannya ke mana semua."


"Eeh Dik Sinta. Tumben keluar rumah. Apa enggak dicariin nanti."


"Enggak-lah Mas, Sinta disuruh mama belanja sayuran."


"Sinta jalan dulu ya, Mas Jhon."


"Monggo!"


Mata Jhon tidak berkedip menantap kecantikan Sinta. Rambutnya ikal dan panjang sebahu. Kulitnya kuning langsap dan bulu matanya lentik banget.


"Ya Allah, ridhoi agar Sinta bisa menjadi pendamping hidupku."


Ternyata Jhon jatuh hati. Bahkan, menaruh harapan agar cintanya diterima Sinta. Namun, Jhon tidak punya nyali menyampaikan cintanya kepada Sinta. Maklum, orangtua Sinta, Pak Ridwan adalah incumben dan mencalonkan kembali sebagai anggota dewan tingkat provinsi.


Pak Ridwan, sosok low profile. Meski sebagai wakil rakyat, tidak pernah pamer jabatan dan kekuatan. Justru Pak Ridwan murah hati. Sering membantu tetangga bila sedang menghadapi kesulitan ekonomi atau lainnya. Jiwa sosialnya ini mengalir sebelum Pak Ridwan menjadi anggota dewan.


Entah angin apa yang membawanya. Senin siang, sekitar pukul 11.05, Sinta sengaja datangi Jhon untuk sampaikan pesan bapaknya. Jhon diminta datang ke rumahnya menemui Pak Ridwan.

"Aduh! Ada apa ya. Apakah Pak Ridwan tahu dirinya mencintai Sinta."


Jhon bingung dan ragu mau memenuhi panggilan Pak Ridwan. Ia lama menjawab amanat Pak Ridwan yang disampaikan putri tunggalnya itu.


"Ya, insya Allah Dik Sinta."


Mendengar jawaban Jhon, Sinta lega. Sinta tahu Jhon ogah-ogahan bicara masalah politik. Jhon sangat dikenal tidak pernah berkecimpung di berbagai aktivitas organisasi, termasuk partai politik.


Sinta ragu sampaikan amanat bapaknya kepada Jhon. Begitu mendengar Jhon bersedia menemui bapaknya, Sinta girang.


"Mas Jhon pasti datang ya."


"Ya Dik Sinta."


Kira-kira kurang se per empat menit, Jhon bergegas ke rumah Pak Ridwan. Tepat di rumah Pak Ridwan, suasananya ramai. Banyak tamu dengan memakai seragam partai, Sementara Pak Ridwan tampak ngobrol serius dengan salah seorang tamunya,


"Asalamualaikum."


"Waalaikum salam. Silakan masuk Bung Jhon. Sini ninbrung ngobrol. Saya ada perlu dan mau minta pertolongan Bung Jhon."


Tanpa basa basi Jhon langsung duduk persis dihadapan Pak Ridwan.

Ia jabat tangan satu per satu kawan ngobrol dan perjuangan Pak Ridwan.


"Bung Jhon bisa bantu saya kan menggalang massa, baik secara pribadi maupun organisasi. Saya nyaleg lagi Bung Jhon."


Jhon tidak langsung menjawab ya atau tidak. Ia hanya menatap dinding tembok yang dipenuhi foto Pak Ridwan.


"Bagaimana Bung Jhon, bisa dan bersedia!"


"Siap Pak!"


"Bung Jhon tidak khawatir soal dana untuk sosialisasikan diri saya saat menggalang massa. Saya hanya minta Jhon konsentrasi bagaimana agar warga kita dan sekitarnya memilih saya."


Perang batin berkecamuk. Jhon sulit menjalankan kemauan Pak Ridwan, juga sangat sulit menolaknya. Jhon langsung mengingat wejangan politik dari bapaknya, seminggu sebelum meninggal dunia.


"Jhon selektif, dewasa sekaligus waspada setiap membaca simnbol-simbol yang disampaikan elit politik. Kita hanya warga negara kelas II. Nyaris tidak mengenal istilah atau idiom politik."


Dibagian lain wejangan itu bersifat pandangan dari salah seorang putra Sinuhun. Partai politik hanya populer pada saat menjelang penyelenggaraan pemilu. Ini mengindikasikan bahwa partai politik cenderung tidak kelihatan aktivitasnya bila tidak diselenggarakan hajatan lima tahunan. Karena fungsi-fungsi partai politik tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya, terutama berkenaan dengan fungsi memberikan pendidikan politik kepada rakyat.


"Sebuah partai politik agar mendapat dukungan dari masyarakat, harus mampu membuka pandangan tentang demokrasi, nilai-nilai kebangsaan, dan hak-hak warganegara. Di samping itu partai politik harus mampu menjadikan masyarakat memahami demokrasi."


Sambil menyelam, minum air-lah. Itu keputusan Jhon memenuhi dan bersedia menjadi anggota tim sukses Pak Ridwan. Sebagai tim sukses, Jhon bisa memandang kecantikan Sinta.


Usai mendengar petunjuk pelaksana (juklak) sebagai tim sukses, Sinta menampak diri. Sinta mengumbar senyum manis kepada Jhon.


"Mas Jhon, tim sukses bapak ya."


"Ya. Moga saya bisa melaksanakan amanat bapak. Bapak sukses dan kembali menjadi anggota dewan. Dik Sinta bantuin doa ya buat Mas Jhon."


"Amin, amin, amin ya rabbalallamin. Pasti Sinta bantu doa buat Mas Jhon."


"Makasih Dik Sinta."


Jhon minta bantuan teman-temannya agar ikut menyukseskan dirinya menggapai cinta Sinta dan mengantarkan bapaknya kembali menjadi anggota dewan. Karena kesantunan sikap Jhon saat bergaul dan kepedulian Pak Ridwan terhadap nasib wong cilik, akhirnya mereka bersedia bahu-membahu mendukung Pak Ridwan dan menyukseskan Jhon memiliki hatinya Sinta.


Pak Ridwan merasa senang dan puas. Kinerja Jhon menunjukkan pergerakan dukungan terhadap dirinya makin kuat. Otomatis Pak Ridwan tidak merasa was-was dan ketakutan bila memergoki putrinya bergaul serius dengan Jhon.