Print this page

Kisah Mencari Pemimpin Ketika Sang Singa Tiada

Kisah Mencari Pemimpin Ketika Sang Singa Tiada

detakbanten.com - Kisah berikut adalah tentang proses mencari pemimpin ideal, menggambarkan proses memilih pemimpin berasaskan musyawarah untuk mufakat melalui argumentasi yang sehat. Selamat membaca...

Bangsa binatang kehilangan sang pemimpin Singa yang meninggal, mereka berkumpul di rumah duka untuk mengucapkan belasungkawa sekaligus memilih pemimpin baru bagi mereka. 

Anak singa yang masih kecil belum memungkinkan untuk menjadi pengganti ayahnya. Dia harus banyak belajar untuk menjadi pemimpin besar. 

Belajar menjadi sosok yang kuat, disiplin, dan berwibawa seperti ayahnya dulu agar bisa menjaga keberlangsungan dinasti bangsa singa.

Setelah semua kandidat berkumpul, mereka mulai bermusyawarah untuk menentukan pemimpin baru. 

Seekor Cheetah dewasa berdiri dan berkata, “Ijinkan aku memulai pembicaraan. Akulah binatang yang paling pantas menggantikan singa karena aku paling mirip dengan almarhum.”

Mendengar perkataan Cheetah seekor Beruang besar berdiri dan menimpali, “Kalau Cheetah merasa paling berhak menjadi raja karena alasan tadi, maka aku lebih berhak darinya karena aku lebih kuat, lebih berani, dan lebih buas dari Cheetah. Dan lebih dari itu aku bisa memanjat pohon meskipun badanku besar.”

Rapat semakin panas. Gajahpun mulai angkat bicara, “Tuan-tuan sekalian, apakah ada diantara kalian yang memungkiri kekuatanku? Tubuhku paling besar dari semua binatang yang ada dan tenagaku tidak ada tandingannya. Aku bisa mencabut pohon sampai akarnya. Maka, akulah yang paling pantas menjadi raja.”

Kuda tidak mau kalah dalam perdebatan ini. Kuda berkata, “Tuan-tuan sekalian, apakah ada diantara kalian yang mampu mengalahkan aku dalam berlari?.”  Sambil meloncat ke atas pohon seekor monyet menyela pembicaraan. 

Ia bertengger sambil berkhotbah, “Siapapun yang kalian pilih nanti pasti tidak akan bisa menandingi kecerdikanku. Jika kalian memilihku sebagai raja maka itu adalah pilihan yang tepat. Aku akan menjaga dan melindungi semua penghuni hutan ini. 

Dan jangan lupa aku adalah binatang yang paling mirip dengan manusia. Dan seperti kalian ketahui bahwa manusia adalah sebaik-baik makhluk di muka bumi.”

Mendengar kalimat monyet yang sombong Burung Beo angkat bicara, “Wahai monyet, jika engkau beralasan karena wajahmu yang jelek itu mirip manusia dan karena gerakanmu yang lucu sehingga engkau merasa pantas menjadi raja. 

Maka lihat aku! Aku lebih pantas menjadi raja karena aku mampu berbicara seperti manusia. Dan kemampuan berbicara menunjukkan orang yang punya akal.”

Monyet tidak terima dengan argumentasi Burung Beo yang mengandung unsur pelecehan kepada dirinya. “Hai Burung Beo! Memang benar kamu mampu berbicara seperti manusia. Tetapi, kamu tidak paham apa yang kamu ucapkan.”!

Suasana rapat yang awalnya tegang menjadi riuh dengan suara tawa yang disebabkan ulah Monyet dan burung Beo. 

Adu argumentasi tidak berhenti kecuali setelah semua menyampaikan pendapatnya, maka diputuskan untuk mengambil suara. Pada akhirnya terpilihlah Gajah menjadi raja karena kecerdasan, kekuatan, kesabaran, dan fisiknya yang besar.

HIKMAH

Pertama, dalam memilih pemimpin, Islam mengajarkan untuk dilakukan dengan cara musyawarah mufakat karena itu lebih dekat kepada keadilan dan persatuan. 

Pemimpin yang baik adalah orang yang memiliki kekuatan untuk melindungi rakyatnya. Baik itu kekuatan fisik, intelektual, sosial, dan juga spiritual.

Kedua, kecerdasan seseorang bisa dilihat dari caranya berbicara dan menyampaikan gagasan. Orang yang memiliki ilmu akan berbicara dengan baik karena dikontrol oleh akalnya. 

Sedangkan orang yang berbicara tanpa ilmu maka kalimatnya kosong tanpa makna. Seperti Burung Beo yang pandai menirukan perkataan orang tetapi tidak mengerti maksudnya.

Ketiga, setiap binatang memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh binatang lainnya. Itu adalah anugerah Allah yang diberikan agar mampu bertahan hidup. 

Demikian juga manusia diberikan berbagai macam kelebihan yang tidak sama antara yang satu dengan yang lainnya. Semuanya membawa hikmah jika digunakan dalam kebaikan. Dalam pepatah arab dikatakan:

لَا تَـحْــتَــقِرْ مَنْ دُوْنَكَ فَلِكُلِّ شَيْءٍ مَزِيَّةٌ

“Janganlah menyepelekan orang yang lebih rendah darimu karena setiap sesuatu memiliki kelebihan.”

Keempat, setelah argumentasi masing-masing dikemukakan maka keputusan akhir harus dihormati. Siapapun yang terpilih menjadi pemimpin maka kita wajib taat dan patuh selama tidak menyuruh kepada perbuatan maksiat.