Print this page

He He He.....Tertipu

He He He.....Tertipu

detaktangsel.com - CELOTEH, Ketenteraman dan kedamaian kampung belakang, bukan terbelakang, terusik gara-gara komunitas Jawa alias jawir suka ngomong isis saben malam. Mungkin kebiasaan mereka di kampung halamannya. Kenakan celana kolor dengan telanjang dada. kalaupun kenakan sarung, hanya melilit diperutnya.

Cerita lucu dan menghebohkan ini berawal dari Sugiono suka berkoar isis-isis. Langsung celotehan Sugiono menyebar ke mana-mana. Isu miring pun membalut diri pria asal Wonogiri, Jateng, itu mendapat gelar provokator.

Kebiasaan Sugiono adalah gak pakai baju seusai salat Isya. Ditemani tetangganya sesama berasal dari Wonogiri, Samuin, Sugiono menggosok batu akik. Maklum, masalah batu akik sedang booming. Sampai anak kecil pun mulai menggenakan cincin.

Ketika Sugiono asik gosok batu jenis black opal Banten di bawah pohon kebembem, hadir Samuin sedang bawa bongkahan batu Garut dan combong.

"Gi numpang potong batu, yo!" seru Samuin.

"Aku baru dikasih keponakan dari Garut. Tahu, jenis batu apa ini."

Sugiono diam dan asik menggosok batu. Ia hanya mendehem jawab permohonan Samuin pinjam mesin potong batunya.

Beberapa menit kemudian, Sugiono istirahat. Sedangkan Samuin serius membelah batu Garutnya.

"Pancawarna jenis itu, In. Coba lihat," ujar Sugiono.

Sambil menerangi dengan senter, Sugiono memeriksa bongkahan batu Garut yang sebesar telur puyuh.

"In, aku minta ya satu. Cakep batumu," tutur Sugiono.

"Ambil aja sesukamu Gi. Aku juga kebanyakan, buat apa," jawab Samuin.

Di tengah mereka asik ngobrolin batu. Supriyanto melintas dengan mengendarai sepeda ontel. Seperti biasa, Supriyanto teriak memanggil Sugiono maupun Samuin.

"Hei lagi ngapain kamu berdua," tegur Supriyanto.

"Isis – isis, Pri!" balas Sugiono.

Mendengar jawaban Sugiono, Supriyanto diam sejenak. Ia berpikir mengartikulasikan teriakan Sugiono.

"Waduh, Sugiono dan Samuin, sudah masuk isis. Bahaya kalau didiamkan," kata Supriyanto dalam hati.

"Bagus. Selamat ya!" seru Supriyanto sambil berlalu.

Kampung Belakang mulai gaduh. Kabar Sugiono sebagai pengikut ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) mulai menyebar. Adalah Supriyanto, pemuda asal Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, ini menyampaikan ihwal Sugiono berteriak isis-isis kepada pengurus RW setempat.

Tidak karuan. Cerita Supriyanto dibumbui Mpok Minah yang ikut nimbrung ketika Supriyanto curhat ke Ketua RW 234 Tigor King Dog Dog. Maklum, dua orang salah Sumatera ini sangat responsif. Sementara Mpok Minah sosok sales marketing yang andal. Meski tidak mendapat perintah dari siapapun, Mpok Minah langsung melakukan bisik-bisik tetangga.

"Mbak Warni kampung kita sudah tidak aman lagi. Gerakan komunitas kelompok ISIS tumbuh di sini. Ada pengikutnya yaitu tetangga kita sendiri," tutur Mpok Minah.

Mbak Warni pun langsung mempercayai ocehan Mpok Minah. Ia memanggil tetangganya.

"Bu Endang, Bu Endang.....!"

"Ya, Mbak. Ada apa, kayak penting banget. Ada apa ya," sahut Bu Endang.

"Kata Mpok Minah, pengikut ISIS ada di kampung kita. Bahaya lho Bu kalau dibiarkan. Kita harus mengumpulkan warga untuk mencegah jangan sampai menyebar di kampung kita," ujar Mbak Warni.

"Kalau tidak percaya, tanya sendiri sama Mpok Minah. Ini orangnya ada di sini."

Nama ISIS memang sudah tidak asing ditelinga warga Kampung Belakang khususnya, masyarakat Indonesia umumnya. Mereka mengetahui Gerakan ISIS dari pemberitaan televisi. Di mata mereka, ISIS adalah kelompok sesat dan sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam. Maka, mereka pun berembuk. Alhasil, mereka sepakat mendatangi Ketua RW Tigor King Dog Dog.

Tanpa pikir panjang, mereka bertiga saat itu juga mendatangi Ketua RW Tigor. Mereka menyampaikan keberatan keberadaan Sugiono dan Samuin, sebagai pengikut ISIS.

"Pak Tigor harus mengambil tindakan tegas terhadap Sugiono dan Samuin," teriak Bu Endang, sebagai jurubicara.

"Ada apa ibu-ibu. Tiba-tiba mengajukan tuntutan agar Sugiono dan Samuin ditindak tegas," tandas Tigor.

"Sabar, ibu-ibu. Semua masalah bisa diselesaikan dengan musyawarah untuk mufakat. Kita tidak bisa main hakim sendiri."

Pendek kata, Tigor pun memanggil seluruh Ketua RT. Namun, sebelum memulai rapat koordinasi. Tiba-tiba Tigor mendapat telepon dari Kapolsek Kampung Muka Margono.

"Ya, siap Pak!" tegas Tigor tanpa menceritakan kepada apa yang disampaikan Kapolsek.

Lalu, rapat dimulai dengan dipimpin Tigor. Agenda rapat cuma tunggal, membahas keberadaan Sugiono dan Samuin sebagai pengikut ISIS. Pendek kata, Tigor bersama jajaran Ketua RT mendatangi kedua warga yang menjadi buah bibir tersebut.

Sementara itu, Sugiono dan Samuin, tetap asik menggosok batu. Mereka tidak tahu-menahu soal akan kehadiran Tigor dan kawan kawan.

Selang beberapa menit, datanglah Tigor dan kawan-kawan. Mereka jalan tergopoh-gopoh.

"Asalamualaikum Pak Sugi, Pak Samuin. Sedang ngapain?" sapa Tigor bernada bertanya.

"Biasa Pak RW, isis-isis. Mau kemana? tanya Sugiono.

"Ada perlu sama Pak Sugi dan Pak Samuin," jawab Tigor.

"Ada apa ya, penting banget. Silakan," kata Sugiono.

Tanpa pikir panjang. Tigor dan kawan-kawan langsung menghampiri pengiat batu akik tersebut.

"Maaf, ada apa ya Pak RW? tanya Samuin.

"Begini, kami sengaja temua Bapak berdua ada rumor bahwa Anda adalah pengikut ISIS. Benar, tidak ya," tandas Tigor.

"Lho kok aneh-aneh pertanyaan. Informasi dari mana itu Pak RW. Gak bener," kata Sugiono yang diamini Samuin.

Perdebatan pun sengit. Apalagi sejumlah Keta RT menimpali pertanyaan. Bahkan, mereka menginterograsi bak kanit intel. Spontan mereka diam ketika Sugiono menglarifikasi kebiasaan mengucapkan kata-kata isis.

"Begini, Bapak Ketua RW dan Ketua RT. Isis yang saya maksud cari angin. Karenanya, saya jarang pakai baju atau kaos saat duduk-duduk di luar rumah. Harap maklum, Supriyanto bukan Jawir sehingga tidak mengerti arti isis dalam bahasa Jawa," tutur Sugiono.

"Isis itu artinya cari angin agar adem. Itu sebabnya, kita harus belajar kearifan lokal. Dengan demikian, kita memahami kebiasaan atau tradisi masing-masing daerah."

Jawaban Sugiono secara tidak langsung bak bogem mentah bagi Ketua RW maupun Ketua RT. Mereka merasa malu karena melakukan sesuati tanpa memaknai artikulasi bahasa lokal.

Tanpa basa-basi, rombongan Ketua RW meninggalkan rumah Sugiono. Mereka berjalan sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"He he he, ketipu kamu ya," kata Sugiono menertawakan Ketua RW dan kawan-kawan karena terkooptasi pemberitaan televisi.