Print this page

Bau Kentut Dablang Bak Bangkai

Bau Kentut Dablang Bak Bangkai

detaktangsel.com- CELOTEH, Maman punya kekurangan indra pendengaran dan budi enggak bisa bicara. Sedang Dablang buta. Mereka bertiga tidak mau ketinggalan ikut memeriahkan peringatan HUT Ke-69 Kemerdekaan Republik Indonesia.

Minggu, 17 Agustus 2014, mereka ngumpul dan terlibat adu mulut ketika menunggu giliran dipanggil ikut lomba panjat pinang. Kegiatan merakyat ini diselenggarakan di tanah kosong, milik Pak Haji Sobari. Lokasi lomba seluas 712 meter persegi ini sangat strategis di Jalan Kemiri V, Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan.

Panitia lomba sengaja mereka dimasukkan satu tim. Namanya juga hiburan. Panitia menjadikan mereka obyek. Obyek hiburan.

Dablang meminta Maman jadi pijakan. Karena badan Maman besar. Sedangkan Dablang meminta posisi tengah. Adapun Budi menempati posisi atas. Selain kurus, Budi cukup tinggi.

Mereka sepakat dan siap tampil dengan segala kekurangan masing-masing. Bak pasukan Baret Merah, Kopassus, mereka maju ketika dipanggil. Panitia julukan Maman dan kawan-kawan Tim Oplosan.

Tak karuan banyak penonton terbahak-bahak. Penampilan mereka benar-benar menghibur masyarakat kampung yang sengaja menyaksikan lomba panjat pinang.

Sambil memegang batang pohon pinang yang diolesi oli, bahu Maman jadi pijakan bak anak tangga ketika Dablang naik. Selanjutnya Budi menyusul naik.

"Ayo Man, tahan.....tahan, Man!" seru Kodoy memberi semangat.

Dasar budek alias tuli, Man cuek bebek. Ia bukan tidak menggubris teriakan Kodoy, juga penonton lainnya. Dablang yang mendengar, meneriaki Maman agar mempertahankan kuda-kudanya. Tak karuan, Budi menjadi oleng. Untung dia tidak jatuh.

Dengan bahasa isyarat budi ingatkan Dablang konsentrasi. Karena tidak bisa melihat, Dablang tidak mengerti mau Budi.

Di samping karena licin, juga enggak kompak dan konsentrasi akhirnya Budi dan Dablang jatu. Badan mereka pun penuh lumpur.

Dablang dan Budi memarahi Maman karena enggak kuat menahan. Maman pun enggak menerima dipersalahkan.

"Elu pada bego," ujar Maman dengan nada marah.

"Tahu enggak, pantat gue digigit semut. Sedangkan kuping disenggat nyamuk. Elu Blang, pakai kentut segala. Otomatis gue isap dalam bau kentut elu kayak bangkai anjing korengan yang dikerumuni kawanan lalat."

Dablang termasuk penonton yang mendengar ocehan Maman, terbaha-bahak. Budi pun ikut tertawa meski hanya mampu bahasa isyarat Maman.

Mereka kembali tampil dengan komposisi yang sama. Saat naik ke bahu Maman, Dablang kentut lagi. Baunya pun tidak ada perubahan, menyenggat banget. Maman uring-uringan lagi. Sambil menjepit hidung, Maman muntah-muntah.

"Maaf Man, gue gak tahan!" seru Dablang sambil terbahak-bahak.

Penonton yang mengendus bau kentut Dablang kompak meludah sambil mengumpat. Ada pula menjauhi Tim Oplosan.

"Blang, elu abis makan bangkai tikus," teriak Jonger alias Reagan.

"He he he.................." Dablang tertawa mendengar teriakan Jonger.

Maman dan kawan-kawan kembali tampil. Kali ini Dablang tidak kentut. Mereka konsentrasi dan mulai kompak. Budi berhasil meraih salah hadiah. Eeeh lagi-lagi Tim Oplos menemui masalah baru. Giliran celana Maman robek.

Tak karuan, Maman kehilangan konsentrasi karena 'barang'-nya bergelantungan. Maklum Maman enggak suka pakai celana dalam. Penonton tertawa terpingkal-pingkal.

Maman begitu tahu celananya sobek, tangannya langsung mendekap 'barang'nya. Gerakan Maman otomatis membuat Dablang dan Budi terganggu. Mereka berdua kembali jatuh.

Bukannya marah. Justeru begitu tahu permasalahannya, Dablang dan Budi tertawa sampai mengeluarkan air mata. Saking lucunya adegan dan cara Maman mendekap 'barang'nya sambil membungkuk.

Panitia masih memberi kesempatan Tim Oplosan kali ketiga meneruskan memanjat. Menyaksikan kejadian langka itu, Sarijo buru-buru masuk rumah mengambil celana pendek. Sarijo menyerahkan ke Maman agar pakai celana.

Lomba panjat pinang diteruskan. Maman dan kawan-kawan berjuang ekstrakeras untuk memenangkan lomba. Namun, mereka gagal gara-gara Dablang kebelet membuang hajat.