Print this page

Tak Tepati Janji PGI Siap Gugat Waikota Bogor

Tak Tepati Janji PGI Siap Gugat Waikota Bogor

BOGOR-Molornya pembangunan terminal kelas 1 Barangsiang, membuat pihak ketiga dalam hal ini pengembang PT PGI murka, dan berencana menggugat walikota serta menarik investasinya di Bogor. Hal itu diungkapkan langsung oleh Direktur Public Relation (PR) PT Pancakarya Graha Indonesia, Diah Kurniawaty.

Menurutnya, sejauh ini tidak ada kendala serius yang membuat molornya pembangunan, hanya saja dibutuhkan ketegasan dari walikota sebagai pemegang kebijakan untuk melakukan pengosongan lahan terminal tersebut. Imbas dari molornya pembangunan cost yang dikeluarkan juga bertambah, untuk itu pihaknya akan mengambil sikap.

“Kami berikan waktu sampai awal tahun. Jika tidak juga dilakukan pembangunan akan menggugat walikota dan menarik investasi di Bogor,” tegasnya.

Diakuinya, memang di perjanjian tidak ada limit waktu untuk dilakukan pengosongan, namun
sejak ditetapkan pembangunan pada Februari lalu hingga sekarang belum juga ada kejelasan pembangunan dari pemkot Bogor. “Kami investor juga memiliki batasan, jadi pemkot Bogor harus bisa menuntaskan permasalahannya,” imbuh Diah. 

Tujuan dari pembanguna terminal ini adalah untuk mempercantik muka Kota Bogor, tak hanya itu dengan dibangunnya mall dan hotel Diperkirakan tenaga kerja yang akan terserap pada pembangunan hotel, mall dan terminal terpadu kurang lebih 2.000 orang.

“Tak ada maksud lain, dibangunnya terminal hanya untuk mempercantik terminal yang sudah kumuh menjadi indah dan enak dilihat. Karena nantinya terminal yang ada akan ramai seperti contohnya Blok M,” ungkapnya.   

Untuk pembangunannya nanti, lahan yang sudah ada akan ditambah 1000 meter dari 15 ribu menjadi 16 ribu meter. Dalam hal ini, kata dia, tidak ada kendala serius, hanya memang banyak penolakan dari pihak terkait yang memang tidak menginginkan pembangunan. Namun, harusnya disini pemkot bisa lebih tegas untuk mengambil sikap kepada mereka.

Terkait penolakan dari pihak Komunitas Pengurus Terminal Baranangsiang (KPTB), dikatakaannya sudah sering  duduk bersama membahasa masalah ini dengan mereka, namun tetap keinginan mereka agar jika terminal dikosongkan, lokasinya tidak dibagi dua, namun jadi satu tempat saja.

“Bagaimana bisa, kalaupun ada lahannya kebanyakan dari mereka memintanya untuk dibeli dan itu tidak disanggupi. Pemindahan yang dilakukan di dua terminal tersebut bukan main-main, semuanya dilakukan oleh konsultan dan Kementri Perhubungan,” terangnya. 

Namun, kata dia upaya yang dilakukan pihaknya sia-sia, dimana dua terminal yang disiapkan sebelumya terbengkalai begitu saja, tidak terpakai. Pembagian bus disana juga dikaji terlebih dahulu, sehingga sudah dipastikan tidak ada yang dirugikan. “Logikanya, setiap tempat jika ingin menjaid lebih baik harus ada pengorbanan, saat ini adalah mereka pnidah dulu selama satu tahun selama pembangunan terminal berjalan,” jelas Diah.

Akan tetapi, tetap saja, karena ketidak mengertian mereka dan menganggap itu suatu masalah jadi tidak tetap saja pembangunan di tolak. “Kami heran di kota Bogor, biasanya investor di kota-kota lain dijamu, namun disini malah sebaliknya,” tambahnya.
Diah mengatakan, jangka waktu kerjasama dilakukan selama 30 tahun. Setelah waktu tersebut, maka akan diserahkan secara utuh bangunan dan fasilitas ke Pemkot Bogor.

Area yang akan dibangun meliputi area komersial dengan total lahan seluas 58.824 meter persegi. Dimana total lahan untuk hotel seluas 7.690 meter persegi. Lahan parkir 40.722 meter persegi, terminal penumpang yang semula 9.300 meter persegi diubah dalam kontrak terbaru menjadi 16.000 meter persegi.

Nantinya, lanjut Diah, tenaga kerja yang akan diperkerjakan semuanya berasal dari mantan pengasong dan pengamen. “Sumber daya manusia yang sekarang berada di terminal akan dirangkul menjadi tenaga-tenaga kebersihan, satpam, penjaga kios, petugas parkir dan lainya,” terangnya.

Sementara putra-putri kelahiran Kota Bogor dan sekitarnya yang memiliki keterampilan akan dilatih menjadi petugas hotel. Pedagang kaki lima yang berdagang sekarang, akan tetap dialokasikan berjualan pada kios-kios yang disediakan di gedung baru.

Menanggapi  proyek tersebut, Andika Suryansah salah satu warga Bogor mengatakan, terminal Baranangsiang merupakan salah satu ciri khas dari Kota Bogor. “Orang akan tahu kalau Baranangsiang itu adalah Bogor. Jadi baiknya, ciri khas ini jangan dihilangkan,” katanya.

Dirinya, sangat setuju apabila keberadaan Terminal Baranangsiang diperindah. Misalnya, fasilitas umum, toilet dan Musholla dipercantik dan tidak kumuh seperti terminal-terminal umum lainnya.

Dika menjelaskan, di areal terminal Baranangsiang bisa pula dibangun mall yang berfungsi sebagai one stop shopping, dimana dijadikan lokasi khusus sebagai tempat menjual berbagai kerajinan dan makanan khas Bogor.

Penetapan mitra PGI untuk membangun areal kompleks terminal Baranangsiang seluas 21.415 meter persegi,  dilaksanakan melalui metode tender atau lelang yang dilakukan secara transparan, kompetitif, adil, tidak diskriminatif serta bertanggung jawab.

Sementara itu, Walikota Bogor Diani Budiarto mengaku jika dirinya telah menyerahterimakan tanggungjawab pembangunan terminal Barangsiang yang menuai pro dan kontra kepada walikota terpilih Bima Arya Sugiarto. “Karena bentar lagi kan masa jabatan saya sudah mau habis, jadi saya serahkan ke walikota terpilih dong,” kata Diani.

Namun demikian, lanjut Diani, pelaksana proyek tetap dikerjakan oleh PT Pancakarya Graha Indonesia (PGI) selaku pengembang properti yang akan membangun terminal Barangsiang terintegrasi hotel dan mall. “Masih yang lama, engga mungkin ganti pengembangnya,” ujar Diani singkat.(rul)