Print this page

Diduga Mabuk Saat Lakukan Penetiban Dan Bertindak Arogan, Puluhan Mahasiswa Serbu Satpol PP

Diduga Mabuk Saat Lakukan Penetiban Dan Bertindak Arogan, Puluhan Mahasiswa Serbu Satpol PP

detakbanten.com SERANG – Dugaan adanya tindak arogansi dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Serang terhadap pedagang kaki lima (PKL) yang sedang berjualan di acara Satri Fest beberapa waktu yang lalu direspon oleh Serikat Mahasiswa Sosialis Demokratik (SWOT) dengan menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Satpol PP, Kamis, 28/3/2019.

Aksi tersebut menuntut kepada pihak Satpol PP untuk segera memecat oknum Satpol PP yang bertindak arogan terhadap PKL dan meminta maaf secara terbuka kepada publik atas tindakan arogansi tersebut.

Humas aksi, Jejen, mengatakan dirinya merupakan salah satu saksi mata dalam peristiwa tersebut. Ia mengatakan oknum Satpol PP tersebut mendatangi para PKL yang sedang berdagang dan menyuruh mereka untuk membubarkan diri dengan menggunakan kata-kata yang kasar.

“Saya menjadi saksi atas bahwa dia (oknum satpol PP) mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas. Kami pun menduga bahwa dia membubarkan PKL dalam kondisi mabuk. Hal ini karena dari mulutnya tercium bau alkohol,” ungkapnya.

Akibatnya, terjadi sedikit gesekan fisik antara pihak Satpol PP dengan PKL dikarenakan para PKL tidak terima dengan tindakan yang dilakukan oleh oknum Satpol PP tersebut. Menurut Jejen, sedikitnya terdapat 10 Satpol PP yang terlibat dalam gesekan fisik tersebut.

“Kisaran 10 orang (yang terlibat), namun hanya satu orang yang menjadi provokator dengan mengeluarkan kata-kata kasar yaitu oknum yang berinisial L,” katanya.

Ia mengaku bahwa jika oknum Satpol PP tersebut tidak dalam kondisi sadar, Namun diduga mabuk, melakukan tindakan yang arogan seperti itu.

“Kita semua tau bersama, jika oknum tersebut dalam kondisi sadar, tidak akan melakukan hal seperti itu. Bahkan dia tidak tau prosedur dalam acara tersebut, bahkan dia tidak tau Event Organizer tersebut,” ucapnya.

Ia pun menuntut kepada Satpol PP untuk meminta maaf kepada PKL secara terbuka, serta meningkatkan profesionalitas dari anggota-anggotanya.

Ajeng, salah satu pedagang yang terkena tindakan arogansi, mengatakan pada saat kejadian dirinya sedang merapihkan barang-barang dagangannya untuk menutup lapak dagangannya. Namun ia dikagetkan dengan adanya ucapan-ucapan kasar yang dilontarkan oknum Satpol PP kepada dirinya.

“Memang kami disuruh tutup, sudah tutup kami belum pulang karena memang gerimis. Lalu tiba-tiba datang Satpol PP naik mobil dengan kencang lalu turun mengeluarkan kata-kata kasar dengan pengeras suara. Kami kaget pada saat itu,” katanya.

Ia pun menyesali tindakan oknum Satpol PP tersebut. Menurutnya dirinya tidak melakukan sesuatu yang fatal sehingga harus diumpat dengan kata-kata yang tidak sepantasnya.

“Kami ini manusia loh, telinga kami diazanin waktu lahir loh mas malah dikatain dengan kata kasar,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Satpol PP Kota Serang, Maman Lutfi, membantah adanya tindakan arogansi dari pihak Satpol PP. Menurutnya wajar jika pihak Satpol PP berkata secara tegas agar didengarkan oleh para pelanggar peraturan.

“Wajar lah kami berkata tegas. Masa kami harus berkata lemah lembut kepada pelanggar peraturan? Namun itu bukan tindakan arogan. Kami juga tidak berkata tegas kepada semua orang, hanya kepada pelanggar peraturan,” ujarnya sambil bercanda.

Mengenai adanya dugaan oknum Satpol PP tersebut menertibkan PKL dalam keadaan mabuk, ia mengaku bahwa yang dapat membuktikan hal tersebut adalah dengan melalui tes urin.

“Nanti dites, kadar alkoholnya berapa. Namun kalau hanya menduga-duga karena jalannya sempoyongan lah, saya juga bisa kok jalan sempoyongan,” katanya lagi.

Namun ia tetap akan melakukan investigasi lebih lanjut terhadap dugaan ketidakprofesionalan anggotanya. Menurutnya saat ini dia sedang melakukan mendalami kasus tersebut.

“Pasti kami tindak jika terdapat fakta ketidak disiplinan. Karena kan kami bertindak atas dasar aturan,” tuturnya.

Atas tuntutan pengunjuk rasa untuk meminta dipecatnya oknum yang diduga bertindak arogan, Maman mengaku dirinya tidak memiliki kewenangan tersebut.