Print this page

Akhirnya Ada Penggantinya..............Amin

Akhirnya Ada Penggantinya..............Amin

detaktangsel.com- CELOTEH SEKETIKA, Mas Sanjaya, Mas Gading, Kang Ghozalez termasuk Bombom, sumringah. Tak seperti hari-hari yang telah berlalu sejak Warsih kabur mendadak. Biasa pasang muka kusut, lesu, lelah kayak abis bekerja setahun gak pernah libur.

Tumben, Kamis (17/4), mereka obral senyum dan ramah. Meski tidak batang hidungnya, Ghozalez, melalui pesan pendek BB, pun mengumbar senyum. Secara ilmu penerawangan, Ghozalez tertawa yang suara bak entok mau bertelur.

Bisa jadi, rombongan Paman Ilham Gober, Bison Cudang Cokek, Bolo-Bolo, dan Mbah Ahmad Saroji, menyimpan perasaan yang sama. Ino pun pinginnya ke kantor pagi-pagi.

Ya, semua berubah meski tidak total. Seolah jarum jam menari-nari, bergoyang, dan berdetak bagaikan cabe-cabean.com. Sungguh aneh bin ajaib.

Bombom misalnya, sepanjang Kamis mengumbar senyum. Padahal seharian perutnya keroncongan, belum makan.

Maklum, isi dompetnya hanya berisi kartu gadai dan surat tilang.

"Kenapa loe Bom senyum sendirian. Ada yang lucu?" tanyaku.

"Enggak ada apa-apa, Pak. Ya cuma senyum aja," sahut BomBom.

"Bohong loe. Pasti ada yang menarik perhatian loe. Tumben-tumbennya loe tertawa meski belum makan seharian," kataku.

"Ah, biasa saja, Pak. Bener, sumpah! Saya siap ditambok Warsih kalau bohong," timpalnya.

Aku terkejut juga merasa ada yang aneh sama Bombom. Kenapa dia menyebut Warsih, mantan administrator cabe-cabean.com. Kok bukan dul, yang sama-sama telah meninggalkan media online ini.

"Lho kenapa loe menyebut Warsih, Bom. Apa hubungannya dengan ketidakbiasaan loe umbar senyum?" tanyaku.

Sambil up-date berita, aku perhatikan BomBom memang agak aneh. Oh, aku jadi ingat. Jangan-jangan kehadiran Wanti, administrator baru cabe-cabean.com, membuat Bombom terkenang Warsih, gadis asal Bambu Opung.

Perubahan perilaku pun membalut penampilan Bos atau Mas Sanjaya pun begitu. Namun, tidak seekstrim Bombom. Kalo BomBom bener-bener menunjukkan perubahan perilaku. Apakah hal itu karena Bombom merasa bersalah abis menjatuhkan dispenser hingga pecah, atau gara-gara kehadiran Warsih.

Sisi lain, Wanti biasa-biasa aja. Selain murah senyum, Wanti sangat santun. Lalu, Bombom blingsatan ya. Namun, Bombom kekeh tidak mau mengakui kalau ada perubahan pada dirinya.

"Bom, aku tidur dulu. Kalau ditanya Bos sanjaya, jawab aja belum makan siang. Jadi ngantuk."

"Siap, Pak!"

Aku pura-pura tidur. Padahal di bali meja, aku intip dan awasi perilaku Bombom. Bener, dia geleng-geleng kepala mirip gaya tripping. Padahal setahuku, Bombom tidak memakai estasi. Justru aku tahu dia abis menelan pisang molen oleh-oleh Wanti dari belanja di mini market di Cabe IV.

Gara-gara tingkah laku Bombom, aku sulit memejamkan mata. Sebaliknya aku makin penasaran melihat gaya BomBom kayak penghujung diskotek di kawasan Gaplek.

Selang beberapa jam, Bos sanjaya balik sambil bawa dispenser baru. Bombom cuekin kehadiran dispenser baru. Mungkin dia trauma abis jatuhin dispenser beserta galon yang penuh air bersih.

Bila diterawang, hati Bombom berkata, Warsih kabur eeh Wanti datang.

"Ki...Ki......!" panggil Bos Sanjaya. Ki adalah kepanjangan Ricardo nama asli Bom bom sejak merocot dari kandungan.

"Yaaaaaaa,Pak!"

"Nih beli makan berdua. Saya udah makan," kata Bos Sanjaya.

"Wanti gak dibeliin,Pak!" seru Bombom.

"Gak usah, saya lagi puasa," sahut Wanti.

"Biasa Bombom, aku pakai rendang," pintaku.

"Rebes, Paaaaaaak!"

Memang hidup itu penuh keanehan yang terkadang gak disengaja dan diminta. Terkadang hidup tidak terasa sering menunjukkan keanehan. Seperti halnya Bombom.

Benarlah apa yang dirasakan Bombom. Meski sambil mengaplud berita, Bombom minta tukar tempat ama aku.

"Wani Piro, Bombom?"tanyaku.

Tidak terasa senja nan kelabu pun hadir. Suara adzan dari surau pun terdengar merdu.